Nama-nama baru pun bermunculan dan memberikan warna baru bagi industri ilustrasi di Tanah Air. Salah satunya adalah Sandy Lee yang saat ini tengah memajang karya dalam pameran 'Reka Rupa Rasa' di festival SmArt Dialogue hingga 19 Agustus 2018 di Dia.Lo.Gue Artspace.
Sejak 2010 silam, nama Sandy Lee mulai diperhitungkan. Pertama kali meraih juara ke-3 di kompetisi Ragnarok World Championship di Korea Selatan pada 2010 hingga penghargaan tahunan dari komunitas Devianart.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang teranyar adalah ia berhasil memenangkan Kompetisi Ilustrasi Modcon dari Kedutaan Australia dan membawanya pada eksplorasi yang lebih mendalam. Kali ini, culture detikHOT bakal membahas mengenai profil Sandy Lee, segala eksplorasi kertas yang dilakoni hingga penyebutan 'paper engineer'.
![]() |
Ilustrator asal Bandung itu memulai pekerjaan sebagai ilustrator lepas di Majalah NatGeo Indonesia. Sejak dini, ia memang suka menggambar dan membaca buku-buku pop up.
"Sejak SD di rumah, saya selalu membaca buku-buku pop dan kepikiran mau nyobain buat. Buku-buku itu ajaib banget kan, kalau ditutup biasa saja tapi pas dibuka jadi 3Dimensi. Itu yang bikin takjub," kata Sandy Lee ditemui di Dia.Lo.Gue Artspace pada Sabtu (21/7/2018) lalu.
Ketika berkuliah di Design Grafis Institut Teknologi Bandung (ITB), ia mulai mendalami medium kertas. Bahkan ia sempat mengambil mata kuliah seni kertas demi mempelajarinya.
![]() |
"Saya eksplorasi lagi tekniknya, terus pernah bikin buku interaktif tentang jamur. Kalau kata teman-teman saya, banyak orang bisa bikin lukisan tapi saya bisa masuk ke ilustrasi yang lebih dari dua dimensi," kata pria kelahiran 1988 silam itu.
Dengan kekhususan Sandy yang menggunakan medium kertas serta keahlian seperti seorang 'paper engineer' hal tersebut yang membuatnya berbeda ketimbang ilustrator lain. "Ilustrator kan intinya adalah orang yang menyampaikan cerita dan saya menyampaikannya lewat karya kertas," pungkasnya.
Simak artikel berikutnya ya!
(tia/tia)