Rossyta Wahyutiar, Si Seniman Muda 'Psychedelic'

Spotlight

Rossyta Wahyutiar, Si Seniman Muda 'Psychedelic'

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 21 Feb 2017 13:01 WIB
Foto: Rossyta Wahyutiar/ Pribadi
Jakarta - Di era 1960-an, istilah seni psychedelic dipopulerkan oleh kaum hippies yang hilang kesadaran akibat pengaruh obat-obatan agar mampu menciptakan gaya seni tersebut. Jauh dari hiruk pikuk psychedelic dari Negeri Paman Sam, kota Yogyakarta pun punya seniman muda yang dikenal dengan karya seni psychedelic. Siapakah dia?

Dia adalah Rossyta Wahyutiar yang kini mengenyam pendidikan di Kriya Tekstil, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 2012. Karya-karya ciptaannya penuh dengan motif seni psychedelic yang abstrak, obyek-obyeknya selalu kontras, bertabrakan, dan tak jelas.

"Apa yang ada dalam pikiran kemudian dituangkan ke medium yang digunakan, jadi abstrak di sini artinya obyeknya meluas tergantung apa yang seniman itu sendiri rasakan. Jadi karya seni-nya pun bersifat subjektif," tutur perempuan yang kerap dipanggil Ochi kepada detikHOT, Selasa (21/2/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya untuk mendapatkan inspirasi dalam pembuatan karya dengan aliran ini, seniman pertama-tama pake obat psikoaktif dulu. Rata-rata memakai LSD karena memang memberikan efek visual yang luar biasa," kata dia.

Rossyta Wahyutiar, Si Seniman Muda 'Psychedelic' Foto: Rossyta Wahyutiar/ Pribadi


Namun, Ochi menegaskan dia menciptakan motif-motif tersebut dalam keadaan sadar, dan tanpa pengaruh obat-obatan.

"Aku bikinnya masih dalam keadaan sadar kok. Hahaha..," ujar Ochi tertawa.

Kegemarannya menggambar dan menyukai warna-warna bertabrakan dari kelas 4 di sekolah dasar itu memantapkan pilihannya untuk kuliah seni. Aliran seni psychedelic ini pun mulai dikonsistenkan sejak di bangku sekolah putih abu-abu.

Dia pun mulai berkiprah di pembuatan karya berupa panel, bahan, maupun barang pakai. Kini, karya-karyanya diperjualbelikan lewat akun Instagram @wihco.trip. Seperti apa profil dan cerita seni psychedelic Ochi?

Simak artikel berikutnya di spotlight culture!


(tia/dar)

Hide Ads