"Ballet is my life. Itu yang menjadi moto, pedoman hidup, ataupun ajaran yang masih saya pakai sampai sekarang ini. Balet adalah kehidupan saya," ujar Marlupi menjelaskan bersemangat.
MDA didirikannya karena kecintaan Marlupi akan balet. Sejak usia 15 tahun, keinginan Marlupi belajar balet ketika dirinya melihat anak-anak keturunan Belanda sedang belajar menari balet di sekolah tari Tegalsari yang dekat dengan tempatnya berenang.
Setahun setelah mulai mempelajari balet dari M. Zaller, Marlupi memperhatikan bahwa sekolah balet lain memiliki guru dengan kemampuan mengajar yang sederhana dan teknik yang kurang baik, sehingga dia terpacu untuk mendirikan sekolah walaupun usianya saat itu masih belasan tahun. "Saya belajar diam-diam sampai diundang ke berbagai negara, mendirikan sekolah, dan masih eksis sampai sekarang," tambah dia lagi.
![]() |
Lalu, apa yang menjadi kunci dari eksisnya sekolah-sekolah MDA di seluruh Indonesia?
"Saya ingin menyebarkan virus bahwa balet bisa dipelajari semua orang. Bisa dipelajari dari anak-anak kecil hingga orang dewasa. Siapa pun bisa menari balet," tutur perempuan yang meraih berbagai penghargaan internasional.
Di perayaan 60 tahun, Marlupi Dance Academy mementaskan pertunjukan 'The Annie' di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada April 2016. Dilanjutkan dengan 'Nights in Old Shanghai' yang berlangsung di Empire Palace Surabaya pada 18 Juni, serta 'Si Kabayan' di Balai Pemuda Surabaya dan pentas yang sama dibawa ke Jakarta pada 21 Juni.
Marlupi yang bersemangat dan menerima ucapan selamat ulang tahun dari para hadirin malam itu tampak bugar. Dia mengelilingi tamu-tamunya dan mengucapkan terima kasih. Di akhir obrolan dengan detikHOT, Marlupi mengatakan akan terus menari dan menciptakan tarian.
"Saya akan terus menari balet, sampai Tuhan tak mengizinkan lagi," pungkasnya tersenyum. (tia/mmu)