Riset Setahun yang Penuh Air Mata untuk Film 'Jingga'

Spotlight

Riset Setahun yang Penuh Air Mata untuk Film 'Jingga'

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 25 Feb 2016 16:33 WIB
Ki-Ka; Qautsar (Marun), Hanny (Nila), Lola Amaria, Bob (Jingga), Aufa (Magenta) / Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Jakarta -

Demi mencapai hasil yang maksimal, rumah produksi Lola Amaria Production tak main-main menggarapn filmnya, 'Jingga'. Selama satu tahun, mereka melalukan riset seluk-beluk tunanetra.

Dari mulai lembaga sampai para tunanetranya dan para orangtua menjadi target observasi Lola Amaria yang bertindak sebagai sutradara, produser sekaligus penulis naskahnya. Dan risetnya tak berlangsung sederhana, tapi bercucuran air mata.

"Saya riset dari Agustus 2014 ke SLB (Sekolah Luar Biasa) NA Pajajaran, Bandung. Kita pilih lokasi di sana karena SLB itu yang paling bersih dan lengkap fasilitasnya," buka Lola Amaria kepada detikHOT beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu saya tiga bula seterusnya tiap ke sana nangis terus. Padahal mereka santai-santai saja, tapi kita yang jadinya kebawa emosi. Setelah tiga bulan itu, bulan Desember ke Januari 2015 saya baru bisa benar-benar kerja," sambung Lola.

Barulah memasuki bulan Mei, segala persiapan dirasa memadai dan syuting dimulai selama 21 hari ke depan di Bandung. Itu pun ketika di lokasi rasa haru kembali menguak sehingga membuat para kru tak kuasa menahan air mata.

"Saya satu tahun riset untuk film ini. Dari orangtua, guru-guru, tunanetranya sendiri. Saya cari tahu bagaimana cara mereka bergaul dan apa saja. Saya rekam itu semua," sambung sutradara 'Minggu Pagi di Victoria Park' itu.

"Buat saya film ini lebih sulit karena tidak biasa. Kalau secara teknis paling sulit adalah sayang nggak akan bisa mengejar artistiknya, mata tunanetranya. Misalnya ada yang merem sebelah, ada yang putih semua, itu saya nggak bisa ngejar. Karena kalau dipaksain jadinya artifisial. Saya nggak mau," tegasnya.

Selain SLB, orang tua dan para guru, Rumah Sakit Mata Cicendo di Bandung juga menjadi tujuan riset film 'Jingga'. Termasuk juga Yayasan Kartika Destarata di Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang merupakan yayasan pembinaan bagi tunanetra baru.

"Saya sama pemain juga belajar di Destarata. Kita juga baru tahu kalau tunanetra itu ada yang awas banget. Maksudnya dia tahu kalau di depannya itu orang," tutup Lola.

(mif/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads