Lika-liku Rasa Cinta Abad Milenium di Film Indonesia

Spotlight

Lika-liku Rasa Cinta Abad Milenium di Film Indonesia

M. Iqbal Fazarullah Harahap - detikHot
Kamis, 04 Feb 2016 17:16 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta -

Momen perayaan kasih sayang yang dinamakan Valentine turut mempengaruhi kanal Movie di detikHOT. Sepanjang hari ini, detikHOT mengenang kembali beberapa film bernuansa cinta yang melekat sepanjang masa.

Sudah ada 'Cinta Pertama' karya Teguh Karya di 1973, juga 'Cintaku di Kampus Biru' arahan Ami Prijono di 1976. Sampai film berjudul 'Gita Cinta dari SMA (1979)' yang konon kabarnya menjadi inspirasi banyak film-film romansa khas SMA di masa-masa setelahnya.

Dan, rumor itu terbukti. Kisah cinta pada abad milenium di perfilman Indonesia dimulai dengan lahirnya film berjudul 'Ada Apa Dengan Cinta? (AADC?)' pada 2002. Tak hanya mendobrak, film arahan Rudi Soedjarwo itu sukses secara ekonomi dan sosial, dengan karakter Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo) sebagai ikonnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dialog dalam film yang penuh puisi sampai hari ini pun tetap jadi andalan di kalangan remaja untuk merayu. Termasuk buku 'Aku' (1943) karangan Sjumadjaja yang merupakan skenario film tentang penyair legendaris Chairil Anwar yang merupakan buku favorit Rangga dalam film, sontak kembali populer.



Setahun berikutnya, cinta kembali bersemi di hati penonton dan masyrakat Indonesia lewat film 'Eiffel I'm in Love'. Latar belakang kota Paris dan menara Eiffel, yang saat itu masih langka, termasuk faktor pendukung yang membuat film arahan Nasri Cheppy itu jadi buah bibir. Dan tentunya, siapa lagi kalau bukan Samuel Rizal sebagai Adit dan Shandy Aulia sebagi Tita yang tiba-tiba menjadi panutan.

Pada 2004, perfilman Indonesia sepi dari siraman cinta. Baru di 2005, ada empat film yang menurut detikHOT kembali mengembangkan bunga-bunga asmara. Yakni 'Apa Artinya Cinta?', 'Cinta Silver', 'Dealova' dan 'Janji Joni'.

Khusus untuk 'Janji Joni (sutradara Joko Anwar)', alur ceritanya tidak menampilkan romansa seperti film-film lain. Namun, tema besar dan lagu-lagu yang dipilih, terasa unik dan segar. Ditambah lagi, dua aktor utama, Nicholas Saputra dan Mariana Renata. Di 2005, ada juga satu film berjudul 'Me vs High Heels' yang menggemparkan kalangan ABG.



Pada 2006, cinta disalurkan ke layar bioskop dalam film berjudul 'Heart'. Bercerita tentang cinta segitiga berbalut penyakit kronis. Tidak hentinya, Acha Septriasa, Irwansyah dan Nirina Zubir memaparkan tragedi cinta menyayat hati yang tentu saja berakhir dengan indah nan bahagia. Di tahun yang sama, ada nuansa baru tentang cinta yang ditonjolkan film berjudul 'Get Married'.

Hanung Bramantyo sebagai sutradara, membawa 'Get Married' ke banyak ranah film drama cinta, terutama komedi. Dibintangi oleh Nirina Zubir, Ringgo Agus Rahman, Aming dan Desta, serta beberapa nama senior seperti Jaja Miharja dan Meriam Belina. Hal lain yang menarik adalah kerja sama 'Get Married' dengan grup musik Slank yang senantiasa menemani sebagai pengisi soundtrack hingga film ke-5.

Lika-liku cinta di abad milenium perfilman Indonesia juga sampai menyentuh unsur agama. 'Ayat-ayat Cinta' yang dirilis pada 2008 adalah pelakunya. Fedi Nuril (Fahri), Rianti Cartwright (Aisha) dan Carissa Putri (Maria) menyuguhkan cerita cinta dengan tema poligami, yang halal bagi umat Muslim, tapi berbenturan dengan perasaan. Saat film ini dirilis, penonton di Indonesia langsung dihebohkan dengan berbagai kajian poligami di banyak daerah. Belum lagi sang sutradara, Hanung Bramantyo yang kena kontroversi. 'Ayat-ayat Cinta' berangkat dari novel berjudul sama karangan Habiburrahman El Shirazy.



Sayangnya, sampai empat tahun kemudian, layar emas Indonesia diinvasi oleh berjubel-jubel film horor berbalut erotisme. Sampai akhirnya, datang sebuah film yang diangkat dari kisah cinta nyata seorang tokoh negara, teknokrat, Presiden Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie dengan istrinya, Hasri Ainun Besari atau akrab dengan panggilan Ainun.

Cinta sejati keduanya hingga maut memisahkan direka ulang dengan baik oleh Reza Rahadian dan Bunga Citra Lestari. Tidak kalah baik oleh film adapatasi novel karangan Buya Hamka berjudul 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijck'. Polemik adat melawan cinta bertemu dan meledak di antara tragedi demi tragedi yang terjadi.

Latar belakang 1930 membuat 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijck' semakin indah dinikmati, termasuk dialognya. Ditambah lagi dengan pemainnya yang tak kalah memesona, Herjunot Ali, Pevita Pearce, serta Reza Rahadian.



Kini, di 2016, setidaknya lika-liku itu semakin liar. Cinta-cinta baru bersemi dengan rasa dan masalahnya masing-masing. Ada 'A Copy of My Mind' yang polos, ada juga 'Aach... Aku Jatuh Cinta' yang penuh dengan rayuan manis. Bisa juga memilih kisah cinta kaum buangan dalam film 'Surat dari Praha' atau mempelajari caranya jatuh cinta lagi di film 'Terjebak Nostalgia'.

(mif/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads