"Bersiaplah. Minggirlah produksi Jepang yang membosankan! Aku ingin melawan keinginan semua orang, aku akan kembali ke akarku dengan yang satu ini, dan ingin gila-gilaan mengamuk dengan 'Yakuza Apocalypse'" kata Takashi Miike. Tapi, sumbar sutradara Jepang itu tak berbanding lurus dengan hasil filmnya.
Ya, Takashi memang tidak memproduksi film Yakuza yang mainstream. Akan tetapi, melawan arus bisa menjadi dua mata pisau yang sama-sama mematikan. Sukses dengan inovasi yang tepat, atau tenggelam dalam kepercayaan diri. Pernyataan yang menggebu-gebu itu seolah menegaskan bahwa Takashi tidak peduli apapun, dan ia hanya ingin bersenang-senang dengan dunia absurd ciptaannya.
Di tengah kejamnya dunia bawah tanah Yakuza, tak ada yang lebih legendaris dari Kamiura. Dia tak bisa dikalahkan. Menebas satu per satu musuhnya seorang diri dengan samurai seperti orang gila. Ditebas pedang dan ditembak pun Kamiura tidak mati, tapi ia tentu saja bukan pemain debus. Dia hanya bos Yakuza yang kebetulan...vampir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai Yakuza yang sudah meninggalkan sindikat internasional dan hidup tenang, Kamiura masih menjalankan bisnisnya kecil-kecilan. Kehidupan barunya digambarkan seperti malaikat pelindung kota, alih-alih bos gangster yang tak segan memotong jari anak buahnya karena kesalahan. Ia tak pernah menyusahkan penduduk lokal, tetapi meminum darah dari sekumpulan orang tua yang dipenjara.
Sepertinya terdengar membosankan untuk kehidupan seorang mafia. Hingga datanglah seorang ahli seni bela diri dan anime-otaku bernama Kyoken (Yayan Ruhiyan). Ia menyambangi Kamiura bersama seorang kawan dari sindikat yang mirip Criss Angel dengan topi seperti pesulap dan menggendong peti mati kecil berisi senjata rahasia.
Dua anggota sindikat internasional itu memberikan dua pilihan kepada Kamiura, kembali bergabung dengan organisasi mereka, atau menemui ajal. Dalam kondisi sekarat, Kamiura menggigit Kageyama agar meneruskan kekuatan vampir Yakuza. Dan ketika ia mulai bangkit dengan kemampuan barunya untuk balas dendam, Kageyama dihadapkan dengan Kaeru-kun, pemimpin misterius yang diklaim sebagai teroris paling berbahaya di dunia.
Mengusung genre action fantasy, Takashi Miike memang melawan arus mainstream. Tetapi film bertema vampir yakuza ini secara mengejutkan tak memberikan unsur suspense maupun adegan pertarungan yang memicu adrenalin.

Para karakter pendukung maupun utama sangat minim motivasi dan latar belakang. Cukup banyak pertanyaan mengapa dan bagaimana selama menonton satu per satu karakter yang muncul. Tak ada penjelasan mengapa kulit Kageyama sensitif saat ditato, apakah dia pernah mencobanya? Mengingat, tato adalah hal yang sangat penting bagi Yakuza. Apa yang akan terjadi jika ia memaksakan diri?
Setelah digigit dan menjadi vampir, tato Yakuza malah timbul dengan sendirinya di punggung Kageyama tanpa ada proses apapun. Menepikan arti tato sesungguhnya bagi Yakuza bahwa semakin banyak tinta yang menempel di badan, maka si Yakuza itu dianggap kuat menahan tempaan dan rasa sakit.
Takashi dan penulis skenario Yoshitaka Yamaguchi sengaja menempatkan banyak adegan komikal, yang lagi-lagi gagal mengundang tawa. Kalaupun Anda bisa tertawa, mungkin karena saking garing dan membosankannya adegan-adegan itu.
Β
Yayan Ruhiyan yang memainkan karakter dengan dua kepribadian, masih menunjukkan aura badaass Mad Dog meskipun didandani dengan pakaian culun. Tetapi pertarungan terakhir yang disajikan Takashi begitu konyol hingga layak disebut pelecehan bagi Mad Dog yang memiliki kekuatan karakter.
Sosok monster modern yang disebut teroris paling berbahaya di dunia yang ditampilkan Takashi mungkin akan membuat kita ternganga. Dia seperti Kermit si kodok yang memakai kostum kebesaran teletubbies, tapi jago kung-fu. Ya, memang absurd.
(ich/ich)