Filosofi di Balik Cerita 'Gunung Emas Almayer'

Spotlight

Filosofi di Balik Cerita 'Gunung Emas Almayer'

- detikHot
Jumat, 24 Okt 2014 17:04 WIB
Jakarta - Film 'Gunung Emas Almayer' memiliki dasar cerita pencarian gunung emas oleh arkeolog Belanda Kaspar Almayer dengan latar Malaka abad ke-19. Sutradara U-Weii Bin Haji Saari mengangkat tema paling kuno dalam sejarah manusia, yakni tentang keserakahan.

Kaspar Almayer yang diperankan oleh aktor Inggris Peter Obrien juga seorang pedagang senjata yang terpandang. Dalam cerita, Almayer menikah dengan wanita Malaka bernama Mem yang berasal dari etnis Betawi.

Usahanya Almayer mencari gunung emas kerap dihalangi oleh berbagai tantangan baik dari pedagang Arab (Alex Komang), manuver politik ketua suku adat setempat (El Manik), hingga ancaman tentara Kolonial Inggris dan bajak laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sering kali kita sebagai manusia ingin menggapai gunung emas kita masing-masing. Apakah itu cita-cita, mimpi kita dan lain-lain. Tentu tidak ada yang salah dengan semua itu asalkan kita mengerti prioritas," ujar Eksekutif Produser Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dalam perbincangannya dengan detikHOT via surat elektronik.

Almayer mengirimkan putrinya, Nina, yang berumur 10 tahun untuk bersekolah di Singapura agar mendapat pendidikan ala Barat. Sepuluh tahun kemudian Nina pulang menjadi seorang wanita yang cantik.

Pangeran Malaka yang tampan bernama Daen Maroola membeli bubuk mesiu dari Almayer. Ketika Daen melihat Nina, ia pun jatuh cinta.

Daen mengatakan kepada Almayer bahwa ia mengetahui letak gunung emas yang Almayer inginkan. Ia juga bersedia membantu Almayer menemukan gunung emas tersebut apabila Almayer membantunya mendapatkan bubuk mesiu yang ia butuhkan.

Tanpa sepengetahuan Almayer, bubuk mesiu tersebut digunakan Daen untuk berperang melawan pasukan penjajah Inggris yang pada saat itu menguasai Malaka. Daen pun dianggap bajak laut pemberontak oleh Inggris dan menjadi buronan.

"Kadang prioritas kita terbalik-balik, kita korbankan begitu banyak teman, rekan bahkan keluarga demi mencapai gunung emas, dimana sebenarnya keluarga, sahabat, dan teman kita adalah gunung emas yang paling berharga," kata Sara.

'Gunung Emas Almayer' adalah film ketiga produksi Media Desa Indonesia setelah trilogi 'Merah Putih' dan 'Java Heat'. Film ini dijadwalkan tayang pada 6 November mendatang.

(ich/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads