Dwayne Johnson: Tentang Peran Hercules dan Alasan Bentuk Otot Sejak Remaja

Jakarta -

Dengan tubuh besar dan otot yang kuat, Dwayne Johnson memang sosok aktor yang ideal untuk peran Hercules. Ternyata, Johnson sudah mulai fokus bodybuilding sejak umur 14 tahun. Dan ia memiliki kisah yang unik.

"Ketika itu kami ada di Hawaii, dan kami diusir. Saat pulang ke rumah, pintu digembok. Aku melihat ibuku menangis dan tak ada yang bisa dilakukan. Aku hanya ingat saat itu berpikir aku tidak pernah ingin hal ini terjadi lagi," ujarnya seperti dilansir Collider, (2/9).

"Jadi aku ingin menjadi sukses, entah bagaimana sehingga kita tidak akan pernah terkunci lagi dan tidak pernah diusir. Jadi dalam pikiran aku pada waktu itu, umur 14, orang-orang yang sukses adalah Stallone dan Schwarzenegger, dan lelaki seperti itu. 'Oke, mereka sukses, mereka tidak diusir, mereka membangun tubuh mereka.Aku akan membangun tubuhku.' Rasanya seperti itu," sambungnya seraya tertawa.

Keinginan dan keyakinan yang timbul dari Johnson remaja, melahirkan tekad kuat agar pengalaman buruk itu tak terulang. Tekad dan keyakinan juga menjadi kekuatan paling besar milik Hercules, karakter yang diperankan Johnson di film arahan sutradara Brett Ratner.

Hercules tidak diceritakan memiliki kekuatan ajaib dari ayahnya Dewa Zeus, yang membuat film ini berbeda dari film-film Hercules sebelumnya. Menurut Johnson, cerita filmnya memiliki twist unik untuk membawa semangat novel grafis 'Hercules: The Thracian Wars' ke layar lebar.

"Tapi kami juga menghargai mitologi Hercules dan hubungannya dengan 12 tugas serta orang-orang yang ada di sekelilingnya," lanjut Johnson yang tumbuh lewat film Hercules dengan Steve Reeves sebagai pemeran utama.

Johnson meyakinkan bahwa meski cukup jauh dari fantasi, masih terdapat cukup banyak elemen mitologi yang diambil. "Hal terbaik yang bisa dicapai Hercules adalah kenyataan untuk menerima takdir dan keyakinannya," lanjut Johnson.

'Hercules' akan membawa cerita manusia setengah dewa, putra dari Zeus, menjadi prajurit bayaran. Ia menjalani pertempuran demi pertempuran sebagai pelipur lara karena kehilangan keluarga. Hingga pada akhirnya, tumpukan emas sudah tak terlalu penting jika menyangkut keyakinan.

(ich/ich)