Hollywood sendiri dinilai timpang dalam menempatkan aktor-aktor berkulit berwarna dan keberagaman ras di depan kamera. Aktor berdarah Latin, Edward James Olmos, membahas kaitan antara iklim politik dan isu rasialisme.
Ia menilai minimnya panggung utama bagi keberagaman aktor maupun aktris dari budaya dan asal yang berbeda bukan hal yang asing lagi. Salah satu yang jadi rujukan Olmos adalah film 'Argo' yang dibintangi dan disutradarai Ben Affleck.
Baca juga: Kontroversi Seputar Film 'Argo'
Film ini menceritakan kisah nyata Tony Mendez, seorang agen CIA berdarah Meksiko-Amerika yang berpura-pura menjadi produser film Hollywood. Ia beralibi mencari lokasi syuting di Iran yang sebenarnya memiliki tujuan untuk menyelamatkan enam sandera warga AS di sana di krisis tahun 1979.
Di film itu, sosok Tony Mendez diperankan oleh Ben Affleck. Olmos mempertanyakan alasan tokoh itu tak diperankan aktor berdarah Meksiko.
"Ketika Hollywood membuat film tentang Latin, katakanlah seperti Tony Mendez dalam 'Argo', Ben Affleck semestinya tak memerankankannya. Dia adalah sutradara, semestinya ia menggaet Michael Pena atau Andy Garcia," ungkap Olmos seperti dilansir Deadline.
Olmos melihat, industri film di Hollywood terlalu sempit dalam menempatkan keberagaman dalam kotak hitam dan putih.
Baca juga: 'Argo': Film Palsu untuk Misi yang Nyata
"Semuanya didominasi oleh orang Afrika atau Kaukasia. Dan tentu, orang-orang Asia, pribumi bahkan Latin sulit ditampilkan," ungkap Olmos.
'Argo' menjadi salah satu pencapaian bersinar di karier Ben Affleck. Selain menyutradarai dan menjadi pemeran, ia juga menulis skenarionya.
Film ini pun menuai penghargaan Oscar. 'Argo' menjadi film terbaik di tahun 2013.
(doc/imk)