Happy Madison adalah sebuah production house yang dimiliki oleh Adam Sandler yang spesialis menciptakan film-film komedi. Dulu mungkin dia lebih bermartabat karena dia membuat film-film yang meskipun tidak luar biasa bagus tapi masih bisa ditonton seperti 'Deuce Bigalow', 'Little Nicky', 'The Hot Chick', 'Anger Management', '50 First Dates', 'The Longest Yard', 'Click', 'I Now Pronounce You Chuck and Larry', 'You Don't Mess With The Zohan' sampai 'Bedtime Stories'.
Memasuki dekade kedua millenium, Happy Madison kemudian seperti berubah strategi. Komedi-komedi buatannya yang tadinya punya edge berubah menjadi barisan film komedi malas seperti 'Jack and Jill', 'That's My Boy', 'Pixels' serta 'Grown Ups' dan sekuelnya. Reuninya dengan Drew Barrymore dalam 'Blended' pun hasilnya setengah-setengah.
![]() |
Kemudian Happy Madison dikontrak oleh Netflix untuk menghasilkan komedi-komedi untuk perpustakaan mereka. Meskipun Netflix menyatakan bahwa apapun yang diciptakan atau dibintangi oleh Adam Sandler selalu ditonton puluhan juta orang tapi judul-judul seperti 'The Ridiculous 6', 'Sandy Wexler', 'The Week Of', 'Father of the Year' dan 'Murder Mystery' (yang katanya memecahkan rekor dan akan dibuatkan sekuelnya) hasilnya bukanlah komedi menyenangkan seperti yang kita ingat dulu. Dan film terbaru mereka yang baru saja rilis tanggal 13 Mei, 'The Wrong Missy', masuk ke dalam daftar panjang tersebut.
'The Wrong Missy' masih memakai teman-teman Sandler untuk memainkan karakter-karakter yang ditulis oleh Kevin Barnett dan Chris Pappas. Dalam film ini David Spade yang sepertinya sedang mengantuk karena dia tidak memberikan permainan yang berkualitas, bermain sebagai Tim Morris. Seorang laki-laki yang menginginkan cinta sejati dari gadis cantik yang baik hati.
Tentu saja di dunia nyata impian tersebut muluk ya mengingat David Spade bukan lelaki yang mempunyai bentuk fisik yang menggiurkan. Tapi ini kan komedi jadi penonton harus percaya saja kalau dia bisa menggaet perempuan cantik bernama Melissa (Molly Sims) dan langsung mempunyai chemistry panas dengannya.
![]() |
Kemudian Tim harus ke Hawaii untuk acara retreat kantor. Dan dia merasa harus membawa pasangan karena kalau tidak pasti akan sangat garing menikmati alkohol eksotis dengan pemandangan cantik tanpa perempuan sebagai aksesorinya. Tim pun men-chat Melissa dan mengajaknya untuk datang. Tapi ternyata dia salah chat. Melissa yang dia maksud bukannya Melissa cantik luar biasa yang ia temui di bandara. Melissa yang dia chat adalah kesalahan yang ia temui beberapa bulan sebelumnya.
Melissa yang ia chat, yang lebih akrab dipanggil Missy (Lauren Lapkus), adalah perempuan yang berbalik terbalik dengan Melissa yang ia dambakan. Meskipun Missy tidak jelek tapi ia tidak ada apa-apanya dibandingkan kemolekan tubuh Melissa. Tapi itu bukan the biggest deal breaker dari karakter Missy ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Missy urakan, sok punya kemampuan untuk melihat masa depan, jorok dan melakukan apa saja dengan impulsif tanpa memikirkan masa depan. Tentu saja dengan calon bos di Hawaii dan rekan kerjanya, Tim tidak tahu bencana apa yang akan dia hadapi ketika mereka semua bertemu dengan Missy.
Masalah saya terhadap film-film komedi Happy Madison yang diluncurkan di Netflix sebenarnya ada pada kemalasannya. Saya tidak ada masalah dengan komedi over-the-top seperti film-film Sandler terdahulu asalkan lucu. 'The Package' misalnya, komedi remaja yang urakan gila-gilaan yang rilis di Netflix beberapa waktu silam, menjadi salah satu tontonan yang asyik dan menarik meskipun premisnya sungguh liar. Yang membuat 'The Package' sungguh asyik adalah karena dia tahu bagaimana cara mempersembahkan humornya untuk membuat penonton tertawa.
Baca juga: 'Da 5 Bloods', Para Eks Tentara yang Berburu Harta Karun Sisa Perang
Sayangnya film-film komedi Happy Madison tidak mempunyai misi tersebut. Hampir semua jokes yang ada di film-film mereka dan juga hadir dalam 'The Wrong Missy' ini sepertinya ditulis tanpa effort panjang. Asal ada. Asal karakternya melakukan sesuatu yang ingar bingar dan dimainkan dengan hiperbola pasti akan lucu, begitu pikir mereka. Setiap rancangan humornya dibuat dengan sangat malas dan payback dari lelucon tersebut ternyata juga tidak selucu yang kita kira.
Sebenarnya tidak ada masalah juga kalau 'The Wrong Missy' tidak memiliki plot yang jenius. Banyak film komedi yang baik bisa berjalan tanpa plot yang mind-blowing. '50 First Dates' misalnya hanya mempunyai premis tentang seorang pria yang harus mengencani seorang perempuan setiap hari karena dia mempunyai memori yang sangat pendek. Tapi film tersebut berhasil mengikat hati penonton karena humor-humornya datang dari hati dan dimainkan dengan tulus. Saya tidak bisa mengatakan hal yang sama dengan 'The Wrong Missy'.
![]() |
Film ini tidak hanya tidak mempunyai plot yang tidak dilengkapi dengan humor yang baik tapi juga secara visual sangat membosankan. Dan secara akting hanya satu orang yang berusaha keras menyelamatkan film ini. Lauren Lapkus yang menjadi Missy, bertolak belakang dengan David Spade, memberikan segalanya untuk mencuri perhatian penonton. Dan dia sangat berhasil. Untungnya Missy muncul di hampir di semua adegan jadi sangat menyenangkan melihat Lapkus mencoba menyelamatkan The Wrong Missy dengan semua adegan yang ada sosoknya. Tapi itu tidak cukup. Sekuat apapun Lapkus mencoba menyelamatkan The Wrong Missy dengan semua kesleborannya, film ini sudah terperosok jauh sebelum dia tertawa dan mencuri hati penonton berkat kemalasannya dalam bercerita.
The Wrong Missy dapat disaksikan di Netflix
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(doc/doc)