Semenjak 'Parasite', dunia sepertinya makin siap dengan gempuran entertainment dari Korea Selatan. Bagi penonton Indonesia, karya pembuat film Korea Selatan memang sudah tidak usah lagi diragukan kualitasnya.
Selain film-filmnya yang menawarkan berbagai jenis genre, drama-drama yang tayang di televisi juga menjanjikan beragam kisah yang membuat penontonnya anteng di depan TV. Entah itu kisah percintaan manusia dengan goblin atau bahkan perseteruan antara suami istri seperti dalam drama korea yang sedang hits sekarang.
Premis 'Time To Hunt', garapan sutradara dan penulis Yoon Sung-hyun tidak susah untuk dimengerti. Di sebuah masa depan yang tidak menyenangkan, dua sahabat Jang-ho (Ahn Jae-hong) dan Ki-hoon (Choi Woo-sik dari Parasite) reuni lagi dengan temannya, Jun-seok (Lee Je-hoon) yang baru saja bebas dari penjara. Mereka berdua kemudian memberi tahu Jun-seok bahwa perekonomian Korea sedang ambruk-ambruknya. Mata uang won tidak lagi berharga. Uang yang mereka dapat dari hasil merampok sebelumnya tidak berguna.
![]() |
Saat itulah mereka memutuskan untuk membuat misi baru. Merampok sebuah rumah judi ilegal yang menyimpan banyak dolar. Mereka kemudian merekrut Sang-soo (Park Jung-min) yang bekerja di rumah judi. Setelah mendapatkan senjata api dan membuat rencana yang matang, mereka pun melakukan aksinya. Dan ternyata mereka berhasil melakukan perampokan tersebut. Agak sedikit tidak mulus tapi mereka berhasil lolos.
Tapi rupanya ini hanya awal dari mimpi buruk mereka. Jun-seok dan kawan-kawan ternyata tidak hanya mengambil cash tapi juga hardisk yang berisi video pertemuan antara pemilik rumah judi dengan berbagai kriminal. Tidak butuh waktu lama bagi keempat orang ini untuk dikejar-kejar oleh pembunuh bayaran yang tidak kenal lelah.
Salah satu hal yang menyegarkan dari 'Time To Hunt' adalah skrip Yoon Sung-hyun yang cukup revolusioner untuk ukuran sebuah film aksi berbau thriller. Berbeda dengan film kebanyakan (terutama buatan Amerika), Yoong Sung-hyun cukup bersabar untuk mengajak penonton menyelami karakter utamanya sebelum mengantarkan mereka ke konflik utama film ini.
Establishing karakter ini lumayan krusial karena ternyata misi Yoon Sung-hyun adalah mengacak-ngacak batin penonton ketika satu per satu dari mereka harus lari-larian demi bertahan hidup dari kejaran si pembunuh bayaran.
Secara teknis presentasi 'Time To Hunt' juga meyakinkan. Film ini terlihat rusuh tapi juga indah pada saat yang bersamaan. Pergerakan kameranya sungguh menawan. Yoon Sung-hyun bisa membuat berbagai adegan aksi terasa begitu menegangkan dengan pergerakan kamera yang lincah. Beberapa diantaranya bahkan diambil tanpa cut, mengingatkan saya terhadap film dystopia serupa berjudul 'Children of Men' garapan Cuaron.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Semua ini kemudian dilipatgandakan dengan tata suara yang ciamik. Setiap ledakan, detak jantung dan music score bersatu menjadi satu kesatuan yang membuat Time To Hunt terasa lebih mendebarkan.
Yang mungkin agak mengecewakan adalah editing dan akhir filmnya. Ketika Yoon Sung-hyun membuat adegan-adegan yang menegangkan, dia berhasil memadukan kumpulan gambar tersebut menjadi intense. Tapi sayangnya dia tidak tahu kapan untuk berhenti. 'Time To Hunt' akan terasa jauh lebih maksimal kalau dia memotong 20 menit durasi film ini.
Salah satu bagian terbaik dari 'Time To Hunt' adalah unsur realisnya. Meskipun setting film ini dystopian tapi Sung-hyun tetap menjaga unsur realisme dalam film ini sehingga setiap situasi, setiap keputusan karakter-karakternya terasa seperti nyata.
Baca juga: Inspirasi Kisah Distopia dalam 'Time to Hunt'
Endingnya yang tiba-tiba memunculkan plot twist ternyata justru membuat 'Time To Hunt' jadi mengecewakan. Belum lagi keputusan untuk membuat konklusi yang terasa seperti cliffhanger.
Tapi meskipun begitu 'Time To Hunt' tetap menjadi salah satu tontonan seru yang bisa Anda saksikan di Netflix saat ini. Kalau Anda mencintai film yang membuat Anda resah sepanjang waktu, 'Time To Hunt' bisa dijajal.
'Time To Hunt' dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(doc/doc)