"So far sejauh ini saya nggak pernah membuat karya dengan terpaksa. Saya nggak pernah membuat karya hanya karena saya ingin mencari uang, saya membuat film ini karena saya ingin menyampaikan sesuatu," tuturnya.
Ia pun memberi contoh pada dua karya lamanya. Yakni 'Janji Joni' dan 'Pintu Terlarang'.
"Misalnya Janji Joni, saya ingin mengatakan sesuatu bahwa pekerjaan apapun kalau misalkan kita tulus mengerjakannya dan ada gunanya untuk orang lain, adalah pekerjaan yang berguna," tutur Joko.
Sementara 'Pintu Terlarang' menjadi kegelisahan Joko terhadap stigma perempuan harus bisa hamil dan melahirkan keturunan.
"Saya ingin memprotes norma orang-orang di negara berkembang termasuk Indonesia keharusan untuk memiliki anak. Walaupun ia tak memiliki kapabilitas atau planning yang cukup untuk membesarkan anak tersebut untuk menjadi manusia yang bahagia. Jadi setiap film, walaupun saya mungkin genrenya komedi atau horor insyaallah ada yang ingin saya sampaikan," urainya lagi.
Sutradara kelahiran Medan ini menampik istilah ingin menggurui. Seperti lukisan, film dinilai Joko semestinya bisa membuka pandangan seperti elemen dasar sebuah karya seni.
"Membuat karya untuk menyampaikan sesuatu, bukan untuk menggurui karena film itu harus jadi karya seni, dan seni itu by nature adalah sesuatu yang membuka pikiran, membuka wawasan, membuat orang lebih open minded," tuturnya.
(doc/doc)