Bila ini terjadi, sebuah film terukur sukses tanpa mempermasalahkan angka atau jumlah penonton. Rilis di 2002, ada 'Ada Apa dengan Cinta?' yang menjadi ikon para remaja di generasi X.
Penggalan puisi 'pecahkan saja gelasnya' karangan Rako Prijanto itu mengena di ingatan banyak orang.
"Nggak banyak film yang jadi generation marking. Dan biasanya, film-film seperti itu sukses meski jumlah penontonnya nggak banyak," ungkap sutradara Putrama Tuta.
Istilah generation marking dapat diartikan sebagai penanda sebuah zaman atau generasi. Di momen hari film nasional ini, detikHOT tak hanya mengingatkan meningkat dan makin majunya film Indonesia dari sisi angka atau film Indonesia mana yang meraih raupan penonton terbanyak.
Di era millenial saat ini, ada 'Dilan' yang berhasil merepresentasikan kehidupan remaja kekinian.
Dari buku karangan Pidi Baiq, film itu sukses membawa penggalan dialog 'rindu itu berat, biar aku saja' yang diucapkan Dilan kepada perempuan yang ia cintai, Milea menjadi populer.
Dirilis di 2018, 'Dilan' dianggap berhasil dari sisi cerita maupun segi bisnis film ini. Ia meraup jumlah penonton tertinggi kedua setelah 'Warkop DKI Reborn' yakni 6,3 juta penonton.
(doc/nu2)