Musik Tak Lagi Terpenjara tapi Hampir Terperangkap Corona

Hari Musik Nasional

Musik Tak Lagi Terpenjara tapi Hampir Terperangkap Corona

Dicky Ardian - detikHot
Senin, 09 Mar 2020 09:00 WIB
Hari Musik Nasional
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Setiap tanggal 9 Maret, sejak ditetapkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada 2013, Indonesia merayakan Hari Musik Nasional. Khusus bagi pelakunya, hari ini tentu berbeda dengan hari biasanya, bukan cuma karena perayaan.

9 Maret disebut adalah hari lahir WR Supratman, anak pasangan Djoemeno Senen dan Siti Senen. Namun ada juga versi lain yang menyebut ia lahir pada 19 Maret.

Terlepas dari perbedaan itu, WR Supratman seperti sudah membuktikan jika musik memang punya pengaruh besar, lebih dari sekadar enak dinikmati, tapi juga pemersatu bangsa.

Tak ada perbedaan untuk menyanyikan 'Indonesia Raya'. Lagu itu selalu terdengar nikmat dinyanyikan oleh siapa saja, tanpa memandang warna kulit, suku, agama dan bahasa.



Musik Indonesia Hari Ini

Dari titik tersebut, musik di Indonesia sudah berkembang pesat hingga hari ini. Bahkan perkembangan juga sudah terjadi jauh sebelum Hari Musik Nasional ditetapkan.

Perjalanan musik mulai dari ide ke dapur rekaman hingga dinikmati melalui telinga pendengarnya memang punya perjalanan panjang. Bukan cuma warnanya yang terus berkembang, cara mendengarkannya pun mengalami perubahan bahkan pergeseran.

Piringan hitam, kaset, CD hingga kini dalam bentuk digital sudah pernah dilewati musik Indonesia mengikuti perkembangan zaman. Pergeseran tersebut juga membawa cara berbeda orang menghargai karya musik.

Kini, tak ada lagi kuantitas yang bisa dihargai dalam bentuk platinum misalnya. Perayaan sekian juta kopi yang laku terjual sudah samar-samar terdengar.

Kini, berada di puncak trending pada platform pemutar musik terasa lebih menggembirakan.

Musik Lebih Luas

Pergeseran tentu tidak selamanya buruk. Untuk musik, pergeseran tersebut dirasa begitu jauh lebih ke arah positif.

Pemutaran lagu digital dianggap bisa menekan angka pembajakan. Ya, untuk apa dibajak kalau mendengarkannya sudah gratis?

Distribusinya juga jadi lebih luas, bahkan tak ada lagi batasan jangkauan. Siapa pun, di mana pun, kapan pun bisa menikmati musik yang mereka suka. Kurang cocok, next.

Gairah pemusik juga seperti tak bisa dibendung. Saat ini, mungkin sudah tidak ada lagi perbedaan musik keluaran major label dengan indie label. Semua punya kualitas serupa sama baiknya.

Mudahnya jalan membuat karya juga melahirkan musisi berbakat baru. Mereka yang tadinya hanya penikmat kini karyanya bisa dinikmati lebih banyak orang.

Kreativitas tersebut pun akhirnya mendobrak banyak pakem yang selama ini ada. Genre musik baru lahir, bahkan yang lama tak terdengar pun dibangunkan lagi.

Dangdut sebagai musik khas Indonesia pun terus berdendang. Bahkan genre ini makin berkembang dengan hadirnya festival musik dangdut pada tahun ini.



Terbukanya Pintu Penjara

Tahun lalu, musisi begitu gusar karena RUU Permusikan. Indonesia disebut-sebut hampir mengalami kemerosotan karena Rancangan Undang-undang Permusikan yang tiba-tiba membuat gaduh.

Alih-alih merangkul musisi dan industrinya dengan aturan, RUU Permusikan malah dianggap mengancam mereka. Kreativitas mereka dikekang dengan beberapa pasal di dalamnya. Musisi diminta seragam dengan sertifikasi.

Hal itu membuat gelombang protes begitu tinggi. Musisi merespons dengan kekuatan Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan. Berbagai jalan mereka lakukan, mediasi hingga mengancam akan melakukan aksi besar jika RUU Permusikan tetap menjadi prioritas di Program Legislasi Nasional.

Di tengah kegaduhan yang ada, Konferensi Meja Potlot bagaikan oase di padang pasir. Kedua (atau tiga karena ada yang ingin revisi) pihak melunak dan sepakat untuk menghentikan perjalanan RUU Permusikan. Anang Hermansyah selaku orang yang disebut-sebut punya andil besar pada rancangan tersebut pun mengamini hal itu.

Menghidupi Musisi

Mampu berada di puncak trending dengan karya yang didengarkan penikmat yang lebih luas apakah membuat musisi mampu menggantungkan diri dari musik?

Sebab nyatanya, banyak musisi yang akhirnya membanting stir menggarap 'sawah' lain. Sudah bukan berita baru juga ada pencipta lagu yang karyanya jauh lebih dikenal tapi dirinya hidup sengsara.

Belum cukup, pelaku industri musik, penyelenggara konser misalnya, belakangan juga sedang gigit jari. Virus corona mengancam keberlangsungan acaranya yang sudah kadung menggelontorkan banyak biaya.

Tapi konser bukan satu-satunya cara menikmati musik. Musisi dan penggemarnya masih bisa 'bertemu' lewat digital dan beberapa gigs kecil.

Beberapa hal tersebut akan dibahas oleh Wendi Putranto, Azizah Hanum, dan Ryan Kampua sebagai orang yang terlibat langsung dalam musik di podcast Main Stage hari ini.

Pada kesempatan itu, mereka sepakat musik Indonesia mampu untuk menjadi lebih besar. Tak perlu permasalahkan batasan atau virus yang mewabah, bernyanyi dan nikmatilah.

Selamat Hari Musik Nasional!



Simak Video "Video Apresiasi Keluarga WR Supratman Atas Perilisan Vinyl Indonesia Raya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads