Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2019 itu menceritakan pencarian bibit terbaru selalu dilakukan di setiap karya terbaru. Selama beberapa tahun belakangan, Garin harus mencarinya di tanah Papua.
"Iya, selalu ada orang baru. Termasuk mencari orang-orang hip hop di Papua, itu harus dilakukan terus menerus," ujar Garin saat berbincang dengan detikcom di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, 90 persen pemain dan tim pengisi acara yang diisi Indonesia Timur disebut sebagai perayaan Melanesia.
"Selain Indo China, Melanesia jadi wilayah geografis budaya, politik, fesyen, dan gaya hidup yang semakin dicari orang. Pemandangannya sampai kain tenunnya," tuturnya.
![]() |
Mengusung perpaduan budaya dari Indonesia Timur (Melanesia), Garin mengkombinasikan elemen pergerakan tubuh dari tradisi Nusa Tenggara Timur hingga Papua. Serta dengan gerak tablo dan tubuh kontemporer yang dikoreografi Otniel Tasman dan Boogie Papeda.
Pertunjukan ini juga menampilkan para penari dari berbagai daerah. Di antaranya, Boogie Papeda, Douglas D'Krumpers, Pricillia EM Rumbiak dan Bekham Dwaa dari Papua, dan Rianto (Solo).
Lewat pentas 'Planet - Sebuah Lament', Garin ingin menyampaikan renungan ini untuk kebangkitan bersama.
"Renungan pada dunia dan negeri kita, pertanyaan tentang survival manusia, tentang energi dan pangan. Pesan di 2020 adalah perubahan iklim, perlu survival untuk menangani planet ini dengan pangan dan energi kita," pungkasnya.
(tia/nu2)