Hadir yang kedua kalinya, Wave of Tomorrow 2019 menghadirkan konsep kekinian namun timeless. Karya seni yang ditampilkan pun bakal menceritakan apa yang terjadi di masa kini dan memprediksi apa yang bakal terjadi.
"Ada 3 fase yang kami buat untuk konsep Wave of Tomorrow 2019. Pertama legacy, now, dan tomorrow. Selama ini kan anak-anak sekarang kalau omongin soal masa lalu kan kuno, kita mau mengubah dan mengingatkan pentingnya menghargai masa lalu," tutur kurator Wave of Tomorrow 2019, Mona Liem, saat berbincang di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Rabu (18/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bagian Legacy, pengunjung akan menemui karya dari Maika dan Farhanaz Rupaidha. Maika berbicara soal warisan Borobudur yang menjadi kekayaan Indonesia dan Farhanaz soal Majapahit.
Di bagian Now, Wave of Tomorrow 2019 menantang isu-isu terkini yang ada. Misalnya saja Notanlab yang menyentil isu tentang gadget atau telepon seluler.
![]() |
Di bagian Tomorrow, para seniman menulis ulang yang terjadi dalam sejarah namun bisa dibilang sebagai hal yang memprediksi masa depan. Seniman Tundra asal Rusia dan Ouchh asal Istanbul salah satu yang mewakili di bagian Tomorrow.
"Seni media baru itu hal yang organik dan setiap negara bisa berbeda definisinya. Karya seni yang dipajang bukan cuma display, tapi menariknya ada banyak hal yang bisa berhubungan," lanjut Mona Liem.
Seniman yang berpartisipasi yakni Rubi Roesli, Sembilan Matahari, Kinara Dharma x Modulight, Maika, U Visual, Ricky Janitra, Motionbeast, Notanlab, Farhanaz Rupaidha, dan seniman mancanegara yaitu Nonotak, Tundra, Ouchhh, dan Jakob Steensen.
Wave of Tomorrow 2019 digelar pada 20-29 Desember 2019 di The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
(tia/nu2)