Penulis asal Austria itu mendukung rezim Serbia yang dipimpin oleh Slobodan Milosevic. Ia juga diketahui sebagai salah satu sosok yang menyangkal adanya pembunuhan Serbia selama dekade 1990-an di wilayah bekas Yugoslavia.
Sejak pengumuman Nobel Sastra pada Oktober, masyarakat banyak yang menolak keputusan Akademi Swedia memilih Peter Handke. Bahkan dua anggota komite Nobel pun mengundurkan diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pidato, Peter Handke menceritakan mengenai bagaimana ia menulis karya-karyanya selama ini. Pada 2014, ia juga pernah menerima penghargaan Henrik Ibsen dan menghindari pengunjuk rasa di Norwegia sampai di akhir pidato ia menyindir mereka yang menolak ia menerima Nobel Sastra.
"Pergilah ke negara, di mana Anda sudah berada," ucap Peter Handke.
Sehari sebelumnya, Peter Handke juga menepis pernyataan awak media mengenai dukungannya terhadap kepemimpinan Milosevic dan pembantaian Srebrenica saat 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim terbunuh.
Ia hanya menjawab pertanyaan media sebagai hal yang bodoh. "Ini adalah cerita yang sangat panjang, untuk menceritakan kisahnya, saya pikir ini bukan saatnya," tukasnya.
Lebih dari 6.000 orang menandatangani petisi di situs Change.org yang menolak Peter Handke menerima Nobel Sastra 2019. Di hari yang sama, penulis feminis asal Polandia Olga Tokarczuk berpidato mengenai kemenangannya di Nobel Sastra 2018.
(tia/doc)