Bagi Butet, melukis dan menggambar tak sekadar aktivitas belaka. Ia punya makna tersendiri dari melukis yang dilakoni beberapa tahun belakangan ini.
"Untuk saya, jelas melukis itu terapi kesehatan. Saya sudah punya diabetes, jantung, secara psikis saya punya beban yang berat. Kemarin Djaduk meninggal, ya saya nggak boleh down secara psikis. Harus happy," tutur Djaduk ditemui di Tugu Kunstkring Paleis, kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya harus happy anytime. Melukis jadi satu ventilasi untuk saya menemukan udara kegembiraan," katanya lagi.
![]() |
Sebagian besar waktu Butet, diakui dia, adalah melukis maupun mengerjakan pekerjaan seni apapun. Ia mengatakan waktunya harus produktif kapan pun.
"Di rumah sering melukis, anytime. Nggak ada tamu saya melukis. Kadang banyak tamu, janji mau ke mana. Kalau sudah bengong ya harus produktif. Harus ada jejak kreatif setiap hari," pungkasnya.
Lewat pameran seni bertajuk 'Lanskap Luar Dalam', keduanya berbicara perbedaan cara pandang dalam menciptakan suatu karya. Lanskap luar menghadirkan karya-karya Widiyatno dan lanskap dalam merupakan karya Butet yang memakai simbol dalam merespons yang terjadi di sekitarnya.
Lebih dari 70 karya cat air bakal dipamerkan. Pameran yang dikuratori Suwarno Wisetrotomo dipamerkan bertepatan dengan hari ulang tahun Butet yang ke-58 tahun. Pameran berlangsung pada 21 November-21 Desember 2019.
(tia/tia)