Tapi pertunjukan tersebut mengkritik siapa sih?
Menurut pendiri Teater Koma sekaligus penulis naskah Nano Riantiarno, lakon tersebut tidak mengkritik sosok, rezim, maupun pihak tertentu. Di tahun 1978, Teater Koma mengkritik pemerintahan Orde Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kritikan kedua adalah bagian paling bawah, dan ketiga realisme 1969 yang menjadi latar dari pertunjukan. "Kalau nanti nonton, sebenarnya saya tidak menyebut latarnya di Jakarta. Ada banyangan kita tentang Jakarta dan ini kelanjutan dari cerita itu," lanjutnya.
Karakter-karakter yang ada di dalam lakon 'J.J Sampah-sampah Kota' menggabungkan antara kalangan atas, tengah, dan bawah yang diwakili oleh Juhro dan Jian. Nano pun menegaskan lakon ini berbicara soal kejujuran.
"Kita bicara soal kejujuran, ketika dikasih uang mau diapakan. Kejujuran dari orang-orang yang korup. Bagian itu yang penting untuk dicermati. Mudah-mudaham lakon ini menjadi pembelajaran untuk hidup sekarang ini," tukasnya.
Produksi ke-159 Teater Koma dengan lakon J.J Sampah-Sampah Kota akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki setiap hari, 8 - 17 November 2019, pukul 19.30 WIB kecuali hari Minggu, 10 dan 17 November 2019, pukul 13.30 WIB.
(tia/dar)