Mit Jai Inn yang memajang karya instalasi 'Warna Dalam Gua' bukan sembarang seniman yang terpilih untuk ruang seni anak. Museum MACAN secara spesial memilih Mit karena profil dan sosok sang seniman di seni kontemporer Asia Tenggara.
Ditemui di sela-sela pembukaan pameran, Mit menceritakan di dekade 1960 sampai 1970 ketika ia tumbuh remaja, tak banyak karya seni berwarna di Thailand. "Terlalu banyak warna monoton, hitam putih, dan lukisan dengan warna yang biasa-biasa saja ketika itu tapi saya benar-benar tertarik dengan dunia seni," ujarnya ketika diwawancara detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam karyanya, Mit Jai Inn konsisten menggunakan warna-warna cerah dan bernada riang yang biasanya dilukis di karya tanpa bingkai. Pendiri Chiang Mai Social Installation Project itu juga membuat masyarakat sekitar dapat menyentuh langsung karya-karya tanpa batas.
"Saya ingin mereka berinteraksi dan mengalami langsung pengalaman yang berbeda. Saya ingin menghilangkan jarak," kata Mit.
Gagasan Mit Jai Inn soal Warna-warna Cerah
Foto: Museum MACAN/ Istimewa
|
"Warna-warna itu menurut saya sejarahnya sangat panjang, karena berhubungan dengan peradaban manusia," kata Mit bersemangat.
Dia kembali melanjutkan, "Peradaban manusia itu hidup ribuan tahun yang lalu yang akhirnya membentuk warna itu sendiri. Saya ingin siapa pun yang melihat karya yang berwarna-warna bisa bahagia dan merasa cerita ketika melihatnya."
Sejak kembali ke Thailand pada 1992, Mit terlibat dalam berbagai inisiatif seni yang berhubungan dengan isu politik dan sosial. Selain mendirikan Chiang Mai Social Installation dan terlibat dalam Midnight University dan The Land Foundation, ia juga mengurus Cartel Artspace.
Cartel Artspace adalah galeri eksperimental yang menawarkan ruang untuk perupa yang karyanya merefleksikan kondisi Thailand dan Asia Tenggara dalam konteks sejarah dan masa kini.
Sejumlah pameran sukses diikuti Mit Jai Inn, di antaranya adalah 21st Biennale of Sydney, Australia dan SUNSHOWER: Contemporary Art in Southeast Asia from 1980s to Today di Mori Art Museum, Tokyo, Jepang.
Halaman 2 dari 2