Jakarta -
Tentu menjadi hal yang membanggakan bila kita mendengar ada kabar film Indonesia bisa ambil bagian masuk dalam festival film internasional. Namun nyatanya, tak semua festival film luar negeri menjadi kompetisi yang murni dan mapan sebagai sebuah gelaran kompetisi film internasional.
Selain Oscar misalnya, ada sejumlah festival film lain yang juga jadi acuan industri film dunia. Di antaranya Cannes Film Festival atau Venice Film Festival.
Ada aturan yang diterapkan setiap festival-festival film tersebut bagi filmmaker yang ingin mengikutsertakan film-film mereka di dalamnya. Salah satu aturan baku adalah membayar biaya pendaftaran atau entry fee di awal mendaftarkan film.
"Entry fee itu artinya biaya pendaftaran, bukan biaya masuk festival," jelas Joko Anwar yang beberapa filmnya melenggang di beberapa festival.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Runutan sebuah film berhasil masuk seleksi di sebuah festival setelah membayar entry fee yaitu melalui proses seleksi, bila lolos, kemudian film tersebut diikutkan dalam festival. Jika tim seleksi sebuah film festival menganggap ada film yang tak layak diikutsertakan, maka uang pendaftaran tak dapat dikembalikan kepada pihak pendaftar.
"Kalau festival gurem, yang tahapan nomor dua (seleksi film oleh tim festival film) itu nggak ada," urai Joko Anwar.
Festival gurem atau pseudo film festival merupakan festival yang melibatkan uang dalam penentuan penghargaan yang diberikan kepada filmmaker.
Setidaknya ada 15 festival film berkualitas di dunia. Lima di antaranya yaitu Cannes Film Festival, Sundance Film Festival, Berlin Film Festival, Venice Film Festival dan Toronto International Film Festival.
Karya Joko Anwar 'A Copy of My Mind' pernah masuk dalam ajang Venice Film Festival 2015 lalu. Adapula 'Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak' yang juga masuk di Cannes Festival di 2018.
Halaman Selanjutnya
Halaman