Sang penulis, Oyasujiwo, menyebut komik 'Gundala' edisi baru ini lebih cocok dinikmati setelah menonton filmnya. Namun secara garis besar, kisahnya tetap merujuk pada komik klasik yang rilis di era 70-an.
"Jadi cerita di komik ini mengadaptasi dari skenarionya bang Joko Anwar. Jadi lebih akan terkait dengan filmnya,"ujar Oyasujiwo saat ditemui di Senayan City, Jakarta Selatan, Kamis (29/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ada sisi-sisi yang belum diceritain. Kalau komik klasik itu pendekatannya lebih naratif, lebih banyak teksnya," ungkap Oyasujiwo.
"Terus sense nya juga lebih kepada masa pada waktu itu. Jadi potret masa tahun 70-an. Kalau di sini akan lebih ke rasa ini seperti sedang terjadi saat ini," sambungnya lagi.
Lebih lanjut, Oyasujiwo berharap komik 'Gundala' garapannya bisa menjadi penggugah generasi muda untuk mengintip komik klasiknya yang diciptakan Harya Suryaminata. Mengingat, komik 'Gundala' edisi baru seperti menyajikan kisah klasik yang dikemas dengan cara kekinian.
"Jadi yang pertama karya klasik Pak Hasmi itu sudah sangat hebat ya. Jadi komik ini bukan untuk menandingi komik sebelumnya, tapi komik ini untuk mengantar ke generasi muda supaya nanti jadi tertarik sama komik klasiknya," ucapnya.
"Jadi dari cara tuturnya, visualilasinya, dari gayanya, akan lebih kena buat generasi baru," tutur Oyasujiwo.
(hnh/dal)