Mesir hingga Albania, 45 Penerbit Ikuti Jual Beli Rights di IIBF 2019

Mesir hingga Albania, 45 Penerbit Ikuti Jual Beli Rights di IIBF 2019

Tia Agnes - detikHot
Senin, 26 Agu 2019 13:52 WIB
Foto: IIBF/ Istimewa
Jakarta - Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 bakal menyapa para pencinta buku pada 4-8 September mendatang. Salah satu program andalan tahun ini adalah Indonesia Partnership Program (IPP) yang didukung Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Bekraf.

Ke-45 penerbit yang diundang berasal dari lima kawasan yaitu Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Selatan, Amerika Utara, dan Eropa. Ketua Umum IKAPI, Rosidayati Rozalina, menuturkan Indonesia Partnership Program merupakan program perdana yang digelar di IIBF.

"Program ini dibuat untuk menjual konten-konten Indonesia ke mancanegara. Jadi kalau sebelumnya kita banyak hadir di pameran-pameran buku luar negeri seperti Frankfurt, London, dan lain-lain. Tahun ini kesempatan kami yang mengundang potensial buyer," tutur perempuan yang akrab disapa Ida ketika menyambangi kantor detikcom, kawasan Tendean, Jakarta Selatan, belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Sampai H-10 penyelenggaraan IIBF, sudah ada penerbit dari Bangladesh, Turki, Singapura, Malaysia, Prancis, Jamaika, Korea Selatan, Mesir, Kuwait, Kanada, Inggris, Filipina, dan Albania yang mendaftar program IPP.

"Delegasi terbanyak berasal dari Malaysia yah. Memang untuk negara Malaysia proses jual beli rights sudah ada jauh sebelum Frankfurt Book Fair, karena lebih mudah memahami bahasanya juga," lanjut Ida.

Para penerbit yang mengikuti IPP bakal mendapatkan akomodasi yang terbagi ke dalam tiga kategori. Dari yang tiket pesawat, akomodasi selama di Jakarta, sampai seminar internasional yang digelar pada 3 September di Kemendikbud.

Menurut Ida, ke-45 penerbit juga dibuatkan program agar lebih mengenal lagi kondisi industri penerbitan di Indonesia.

"Selain simposium internasional pada 3 September, kita juga ajak ke Gramedia, Obor, dan Perpustakaan Nasional. Kita mau mereka juga bisa melihat kondisi penerbitan di Indonesia seperti apa," pungkasnya.


(tia/wes)

Hide Ads