Lagu-lagu tersebut antara lain 'Ego', 'Envy', 'Glutony', 'Lust', 'Sloth', 'Greed' dan 'Wrath'.
Kendati membahas perkara dosa, Monkey to Millionaire justru mengemas albumnya dengan musik yang ringan. Hal itu berangkat dari kerinduan mereka untuk bersenang-senang dalam pembuatan lagu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide membuat album yang ringan itu muncul justru ketika mereka sedang sering mendengarkan lagu-lagu yang berat dan mengajak untuk berpikir.
"Kami kalau ngedengerin lagu belakangan kebanyakan cendurung lagu yang membuat mikir, dan gue sama Agan agak kangen sama mendengarkan lagu untuk senang-senang," tutur Wisnu.
Ditambah lagi, dalam album sebelumnya, 'Tanpa Koma' mereka membuat lagu yang mereka anggap sulit untuk dicerna. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat lagu yang terbilang ringan untuk album kali ini.
"Karena dari yang kemarin-kemarin jatuhnya terlalu mikir bikinnya, kok nggak ada fun-nya, nggak kaya pertama-tama kami main. Dulu tuh mau bikin lagu tuh menyenangkan, nah kami mau kaya gitu," jelasnya.
Diakui oleh Aghan Sudrajat, salah satu tantangan terbesar dari pembuatan album tersebut adalah menikmati proses penggarapannya dan bersenang-senang.
Penggarapan album tersebut berlangsung selama dua tahun. Bagi Aghan, itu adalah waktu yang terbilang cepat ketimbang penggarapan album lainnya.
"Sebenernya tantangannya itu nomer satu, gimana caranya balikin seneng-senengnya lagi pas produksi satu album ini," ucapnya. (srs/dar)