'SHAZAM!': Sebut Namanya!

'SHAZAM!': Sebut Namanya!

Candra Aditya - detikHot
Jumat, 05 Apr 2019 11:03 WIB
Foto: Shazam! (imdb.)
Jakarta -

"Film DC sok edgy."
"Film DC terlalu gelap."
"Film DC sok serius."

Kalimat-kalimat tersebut kerap kali keluar dari para penonton seusai mereka menyaksikan produk-produk DCEU. 'Man of Steel', 'Batman v. Superman' dan 'Justice League' menampilkan aksi-aksi pahlawan dalam balutan kanvas yang kelam. 'Suicide Squad' mencoba untuk memeriahkan suasana dengan karakter-karakter yang tengil namun tetap saja nuansanya serius.

Dua film DC yang paling direspons dengan sangat baik, 'Wonder Woman' dan 'Aquaman' yang rilis beberapa bulan lalu, memang jauh lebih light dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Tapi semuanya tidak apa-apa dengan produk DCEU yang paling baru: 'SHAZAM!'

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Shazam!' tidak hanya fun dan cerah ceria tapi mood dan visualnya pun mengikuti kemeriahan yang ditunjukkan plotnya. 'Wonder Woman' dan 'Aquaman' memang fun tapi mereka masih agak sedikit gelap jika dibandingkan dengan 'Shazam!'.

Film ini dibuat seolah-olah untuk membuat para penonton DCEU yang kecewa dengan keseriusan film-film mereka dan sengaja membuat sebuah film yang seru dan menyenangkan dengan semangat anak SMP. Dan most of the time, film ini sukses menawarkan semangat itu.

'SHAZAM!': Sebut Namanya!Foto: Dok. Warner Bros



Billy Batson (Asher Angel) adalah seorang bocah yang statusnya pindah dari satu panti asuhan ke panti asuhan lainnya. Kelakuannya yang bandel tidak membantunya untuk anteng di satu tempat. Ini semua karena Batson terobsesi mencari ibunya yang hilang. Ketika ia masih kecil ia terpisah dengan ibunya dan sampai sekarang dia terobsesi untuk mencari ibunya sampai ketemu.

Dalam misi terakhirnya mencari ibunya, Batson akhirnya diharuskan tinggal di rumah keluarga Vasquezes (Cooper Andrews dan Marta Milans). Mereka adalah malaikat yang memasang atap di atas kepala anak-anak seperti Batson. Salah satunya adalah Freddie Freeman (Jack Dylan Grazer), seorang bocah pincang yang terobsesi dengan superhero. Berbeda dengan Batson yang sendu dan menolak aturan, Freeman sangatlah cerah ceria meskipun jokes-jokesnya kadang kurang ajar.

Suatu hari ketika mereka pergi bersekolah Freeman di-bully oleh dua orang siswa di sekolah. Freeman dipukuli oleh dua siswa tersebut. Bukannya menolong Freeman malah pergi.

'SHAZAM!': Sebut Namanya!Foto: Shazam! (imdb.)



Di sanalah dia tiba-tiba bertemu dengan penyihir zaman dahulu (Djimon Hounsou) yang bermonolog tentang regenerasi. Dia membutuhkan orang yang hatinya suci untuk mewarisi kekuatannya. Syaratnya hanya satu: mengucapkan "shazam!".

Dan begitulah. Begitu Batson berteriak, "Shazam!" tubuh bocahnya berubah menjadi laki-laki dewasa dengan spandex warna merah dan jubah putih norak seolah-olah seragam itu sudah terjahit di kulitnya.

Freeman tentu saja gembira ria dengan ini semua. Ini adalah mimpi buruknya. Freeman tentu saja lebih menginginkan dia yang menjadi superhero daripada temannya. Tapi menjadi sidekick pun tak masalah.

Dan mereka berdua pun bersenang-senang untuk mengetes apa saja yang bisa Batson lakukan dengan tubuh barunya setiap kali dia mengucapkan kata "shazam!".

'SHAZAM!': Sebut Namanya!Dr. Sivana. Foto: Shazam! (imdb.)



Sementara itu seorang ilmuwan jahat bernama Dr. Sivana (Mark Strong) mencari-carinya. Seperti halnya Batson, ketika kecil Sivana dipanggil si penyihir untuk mewarisi kekuatan supernya. Perbedaannya adalah Batson mendengarkan rayuan para setan seven deadly sins.

Dan usahanya berhasil. Seven deadly sins masuk ke dalam tubuhnya dan membisikinya bahwa untuk menjadi yang terhebat dia harus menyerap kekuatan Batson dari si penyihir.

Sutradara film horor 'Lights Out' dan 'Annabelle: Creation', David F. Sandberg, ternyata memiliki kemampuan yang selama ini tidak ia tunjukkan dalam dua film horor karyanya. Kemampuan itu adalah mengajak penonton ke dunia anak-anak/remaja tanpa menghakimi. Dan semangat inilah yang menjadi senjata rahasia 'Shazam!'.

Secara plot tidak ada yang spesial dengan skrip yang ditulis oleh Henry Gayden. Untuk sebuah film origin story, film ini mengikuti arketipal film-silm sejenis dengan seksama. Yang menjadi nilai plus adalah jokes-jokes yang Gayden rangkum tanpa perlu loncat ke rating dewasa.

'Shazam!' cukup self-referential seperti 'Deadpool', hanya saja tanpa kata makian dan kekerasan yang bertubi-tubi. Humor yang ada di film ini cukup fresh sehingga meskipun pertarungan antara Shazam melawan Dr. Sivana bisa ditebak outcomenya, perjalanannya tetap fresh.

Yang juga menjadi kekuatan film ini adalah bagaimana Gayden menggambarkan persahabatan antara Freeman dan Batson sepanjang film. Gayden dan Sandberg sepertinya tahu bahwa kita sudah tiba di era di mana film superhero sudah menjadi sebuah produk pasaran. Mereka berpikir keras bagaimana mereka tetap bisa menghibur penonton meskipun plotnya hampir bisa ditebak. Dan jawabannya adalah di persahabatan antara Freeman dan Batson.

'SHAZAM!': Sebut Namanya!Foto: Shazam! (imdb.)



Adegan-adegan Shazam dan Freeman berinteraksi dan mencoba berbagai macam hal untuk mengetes kemampuan superheronya adalah salah satu highlight film ini. Dan ini dibantu dengan performance Levy dan Grazer yang sangat apik.

Levy bisa membawa sifat kekanak-kanakannya dengan natural tanpa terlihat seperti orang idiot sementara Grazer mampu membawakan sosok menyebalkan tapi loveable tanpa berlebihan. Sekuens di mall adalah satu sekuens paling menyenangkan yang ada di film ini.

Ditutup dengan ending yang begitu manis (sekaligus mengejutkan) yang membuat Anda berteriak, "What?", Shazam! adalah contoh paling wahid bahwa DC tahu bagaimana cara bersenang-senang. Jika DC terus melakukan hal ini, Marvel akhirnya akan punya kompetitor yang pantas.


(doc/doc)

Hide Ads