Ketiganya hadir dalam diskusi '17.000 Islands of Imagination: Indonesian Literature Today' yang dipandu Louise Doughty. Dia adalah kritikus Inggris yang meraih sejumlah penghargaan.
Mereka menyampaikan pandangan tentang pembahasan identitas. Seno Gumira Ajidarma menilai identitas adalah definisi yang tak bisa diisolasi kecuali dalam sebuah buku paspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan novelis 'Rectoverso' Dee Lestari menyampaikan identitas adalah pencarian akan tujuan hidup dan hal tersebut mempengaruhi karya-karyanya. Berbeda lagi dengan Agustinus Wibowo yang menulis buku perjalanan 'Titik Nol' menilai identitas adalah sebuah persepsi.
![]() |
Pandangan tersebut diperolehnya dari pertanyaan dan pencarian akan rumah yang membawanya bertualang ke Cina, Afghanistan, dan negara-negara lainnya.
"Saat saya di Cina selama 9 tahun, sebagai pemegang paspor Indonesia, saya merasa asing," tuturnya.
Sementara Seno yang lahir di Amerika Serikat, merasakan kehidupan sebagai manusia berdarah Jawa kembali ke Yogyakarta. "Kemudian saya belajar bahasa Indonesia dan di bahasa ini saya menemukan pembebasan terutama dari bahasa Jawa yang penuh tata krama," ujar Seno.
Ketua Harian Panitia Pelaksana Indonesia Market Focus Country untuk LBF 2019, Laura Bangun Prinsloo mengucapkan terima kasih kepada Bekraf, Kemendikbud, British Library, dan British Council.
"Kami mengharapkan kedatangan publik Inggris di 100 lebih acara yang telah kami susun untuk London Book Fair 2019," tukas Laura. (tia/nkn)