"Jadi awalnya ditelepon oleh manajemen, lagu 'Jangan' mau dipakai film, oh yaudah pakai. Kami pun nggak nanya mau dipakai untuk film apa, terus baru dikasih tahu, oh untuk 'A Man Called Ahok'," cerita Nanang atau Nurul Huda, salah satu personel Orkes Nunung Cs.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, mereka juga menganggap digunakannya lagu buatan mereka dalam film adalah sebuah apresiasi.
"Jadi pada saat itu sih aku dimintain tolong buat jadi co-producernya album soundtrack film biopiknya Ahok. Setelah aku preview filmnya, dengan landscape Belitong, itu kan ada budaya Melayu di situ. Terus berarti aku bilang sama eksekutif produsernya, ini harusnya ada lagu dangdut nih," ujar co producer soundtrack 'A Man Called Ahok', Seroja Hafiedz atau yang akrab disapa Ony.
Setelah mencari siapa kira-kira grup atau musisi yang cocok untuk film ini, Ony diperkenalkan oleh Orkes Nunung Cs dan langsung merasa cocok dengan lagu mereka yang berjudul 'Jangan'.
"Terus akhirnya kami ambil yang lagu Jangan itu, karena scenenya sangat sesuai dengan lagu itu untuk dimasukan ke film," tuturnya.
Selain itu, Ony juga mengaku 'jatuh hati' pada lirik dari lagu tersebut. "Liriknya cerdas tapi tanpa menggurui. Jadi maksudnya mengajak kebaikan tanpa harus menggurui, musiknya juga catchy," urainya.
Dalam mengisi soundtrack film 'A Man Called Ahok', Orkes Nunung Cs berkolaborasi dengan Arie Dagienkz. Ony pun menuturkan, terlibatnya Arie Dagienkz adalah karena ia ingin memberikan tantangan kepada pria yang juga berprofesi sebagai presenter dan penyiar tersebut.
Menurut Ony, dangdut dan orkes adalah musik yang berada di luar zona nyaman Dagienkz.
"Jadi sebenernya kalau Dagienkz itu gue lebih ke gue suka sesuatu yang baru. Dagienkz itu kan anaknya hipster, musisinya tuh yang disukain Morrissey, The Cure, gue kerjaian dia aja. Sebenernya itu aja. Lebih gue kerjain karena dia anaknya britpop. Gue ingin lihat dia kalau dangdut gimana," jelas Ony. (dar/dar)