Ketimbang segala kontroversi terkait latar politik yang 'seksi' pada diri Ahok, 'A Man Called Ahok' menampilkan sisi lain dari sosok mantan gubernur DKI Jakarta ini.
Berbagai pertanyaan pun bermunculan akan hal itu. Lantas, apa kata sang sutradara?
"Bukan itu tujuan film ini. Kalau mau kayak gitu, kita bikin aja film perjuangan pak Ahok memberantas korupsi. Tapi ceritanya aja udah beda, nggak ada unsur edukatif kalau saya masukin sisi politik. Balik lagi, hubungan ayah-anaknya nggak ada," tutur Putrama Tuta sang sutradara saat berbincang dengan detikHOT belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saya baru sekali di film saya itu nggak ada caci makian, bahkan orang merokok pun nggak ada. Karena dari awal, goal-nya adalah gimana bapak-bapak sama ibu-ibu bisa ajak anaknya. Kalau misal filmnya mau saya banget, wah bisa dari awal kayak 'Catatan Harian si Boy' yang filmnya dibuka dengan dialog kasar karena memperlihatkan kondisi real." tuturnya lagi.
Terlepas dari rekam jejak politik yang membuat sosok ini masuk bui, ada alasan lain yang membuatnya tak ragu untuk membuat 'A Man Called Ahok'.
"Sosok ini menurut saya nggak muncul 20 tahun atau 30 tahun sekali. Jadi pas sosok ini ada tolong jangan dimanfaatkan untuk mncari keuntungan. Misalnya saya mau memanfaatkan sosok pak Ahok, saya akan bikin cerita cinta atau komedi. Pasti saya akan paksain. Tapi nggak, dan sayang banget kalau bangsa saya nggak dapet kesempatan belajar dari sosok seperti ini," urai sutradara yang juga menggarap dokumenter 'NOAH' ini.
"Saya juga nggak menyetujui apa yang dia lakukan. Tapi pada intinya, dia membuat perubahan pada bangsa saya. Saya lihat itu pak Ahok, saya sangat mengagumi pekerjaan yang telah dilakukan," timpalnya lagi.
'A Man Called Ahok' membawa penampilan Daniel Mananta sebagai Ahok muda hingga dewasa. Sang aktor melalui proses casting hingga dua kali untuk dianggap tepat memerankan Basuki Tjahaja Purnama.
Saksikan video 20Detik untuk mengetahui kata sutradara film Ahok di sini: