Kurator program emerging writers, Warih Wisatsana, menuturkan kelima penulis yang lolos memiliki ketidaksamaan ketimbang penulis lainnya.
"Bertahun-tahun UWRF menemukan seniman dan sastrawan untuk diajak berpartisipasi. Mereka menjelajahi isu-isu yang tak biasa. Mereka inilah yang lolos seleksi dan berani mengirimkan karya," kata Warih di ajang UWRF, Taman Baca, Jalan Raya Sanggingan, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (27/10/2018).
Warih menyebutkan salah satu penulis yang terpilih adalah Andre Setiawan asal Pariaman, Sumatera Barat. Sambil berkelakar, ia menuturkan saat nama Andre dipertimbangkan, tim kurator tidak menemukan namanya sama sekali di situs Google.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama halnya dengan Reni Nuryanti yang tinggal di Aceh tapi berasal dari Cilacap. "Dia menulis banyak sekali karya cemerlang. Kami juga menemukan Darmawati Majid dari Gorontalo, Pratiwi Julianti juga salah satu bibit berkualitas.
"Rosyid H.Dimas juga banyak menulis cerita pendek. Kami rasa, kamilah yang bahagia dapat menemukan karya yang luar biasa dari mereka," lanjut Warih.
"Tujuan festival ini bukan melahirkan tapi menemukan bibit-bibit baru," pungkasnya.
Tahun ini UWRF yang mengusung tema 'Jagaditha' menemukan bibit penulis baru dari Tanah Air. Mereka adalah Andre Septiawan, Darmawati Majid, Pratiwi Juloani, Reni Nuryantu, dan Rosyid H.Dimas. Karya-karya mereka pun dibukukan ke dalam antologi bilingual yang berjudul 'Jagaditha' serta diluncurkan hari ini.
(tia/nu2)