Memiliki keterbatasan fisik tidak membuat Agus menyerah dengan hidupnya. Ia tekun berkarya dan mengembangkan bakat seninya secara otodidak. Sejak 1989 silam, Agus tergabung dalam The Association of Mouth and Foot Painting Artists of the World (AMFPA).
Di Indonesia hanya ada 9 pelukis yang melukis menggunakan teknik mulut dan kaki. Serta ada 4 pelukis yang tercatat masuk dalam asosiasi resmi bagi pelukis yang melukis dengan teknik mulut atau kaki yang berpusat di Swiss tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penghasilan yang didapat dari mengirimkan lukisan ke asosiasi di Swiss dan menjual lukisan di kampung halamannya terbilang lebih dari cukup. "Alhamdulillah, cukup menafkahi istri dan dua anak saya," ujar pria kelahiran Madiun 20 Mei 1966.
Nama Agus di dunia seni dan disabilitas memang dikenal populer. Sejak tergabung di AMFPA, ia mulai mengembangkan bakat melukisnya. Dari yang tadinya sebagai anggota siswa lalu menjadi anggota penuh di tahun 2013. Lukisannya pun lambat laun dipamerkan di berbagai negara.
Mulai dari Taiwan, Hongkong, Thailand, Singapura, Malaysia, Austria sampai berpameran di Spanyol.
"Sebenarnya seniman yang mau masuk ke asosiasi itu nggak susah, asal punya tekad untuk belajar seni. Lukisannya juga nggak harus bagus-bagus banget, di asosiasi kan ada pembinaan juga. Saya juga belajar banyak dari beasiswa asosiasi," tuturnya.
Lukisan Agus Yusuf dan karya seniman-seniman penyandang disabilitas lainnya bisa dilihat di Gedung B,C, dan D Galeri Nasional Indonesia mulai hari ini sampai 29 Oktober mendatang.