The Libertines menjadi salah satu penampil paling dinanti dalam helatan hari pertama Hodgepodge Superfest 2018. Mereka menjadi penutup di panggung utama, Super Music Stage, pada acara yang digelar di Allianz Eco Park, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (1/9/2018).
Penampilan The Libertines malam hari itu tak ubahnya bagai aksi panggung sekelompok pria di akhir usia 30an dan awal 40an yang menolak menyerah pada usia.
Di atas panggung, baik dua pentolan band tersebut, Pete Doherty dan Carl Barat, maupun para personel lainnya tampil bak remaja berusia belasan, selebor dan serampangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Delaney' dan 'Barbarians' didapuk sebagai dua nomor pembuka. "Jakarta, kami The Libertines," ungkap Pete Doherty menyapa para penonton yang hadir malam hari itu. Sontak para penonton pun bersorak riang.
"Kami terbang jauh ke sini untuk bertamu kalian," kata Carl Barat di tengah-tengah penampilan.
Lagu-lagu selanjutnya pun dibawakan, di antaranya 'Fame and Fortune' hingga 'Boys in the Band'.
Sebelum membawakan 'You Are My Waterloo', Pete Doherty menyapa para penonton yang berada di sebuah booth sponsor yang berbentuk bangunan dua lantai temporer. "Hai, kalian yang di lantai 2, sini turun!" sapanya dengan gaya cuek ala bintang rock.
Malam hari itu, The Libertines memang menunjukan bahwa di balik tingkah yang serampangan dan terkesan cuek, ternyata mereka piawai dalam meramu interaksi dengan penonton. Beberapa kali mereka membuat penonton berteriak gembira.
Misalnya saat Carl Barat melemparkan harmonikanya usai memainkan 'Can't Stand Me Now'. Atau saat Pete Doherty meminta persetujuan penonton untuk membawakan sebuah lagu sembari mengajak pengunjung yang hadir untuk bersulang.
"Kami membawakan lagu ini karena kami cinta kepada kalian," katanya kemudian memainkan 'The Saga'.
'What Katie Did' juga menjadi lagu yang berhasil membuat para penonton ikut bernyanyi di sepanjang lagu. Suara penonton keras terdengar terutama pada bagian "Shoop shoop, shoop de-lang-a-lang," yang menjadi bagian otentik dari lagu tersebut.
Lagu lainnya yang dimainkan malam hari itu antara lain 'Gunga Din', 'Death in the Stairs', hingga 'Good Ole' Days'.
Ramuan encore rupanya masih menjadi siasat oleh The Libertines. Lampu sempat padam dan sang drummer maju ke depan panggung mengatakan, "Kalian semua begitu indah."
Para personel pun menghilang ke balik panggung. Merasa ada sejumlah lagu hits yang belum dimainkan, para penonton pun bisa menebak siasat tersebut dengan mudah.
Mereka tak hanya berteriak, "We want more," namun juga menyanyikan bagian reff dari lagu 'Time for Heroes'. Lampu yang sempat padam kembali menyala dan para personel kembali naik ke atas panggung.
"Terima kasih sudah menunggu, mana ya gitar saya?" sapa Doherty sambil bercanda. 'Music When the Lights Go Out' menjadi lagu terbuka dari sesi encore tersebut.
Dilanjutkan dengan 'Up the Bracket', 'What a Waser', dan 'Time for Heroes'. Sedangkan 'Don't Look Back into the Sun' menjadi sebuah penutup yang tak hanya sukses membuat penonton bernyanyi, namun juga berjingkrak bersama.
Tepuk tangan panjang pun mengiringi menghilangnya The Libertines ke belakang panggung.
Sebuah sajian yang energik, penuh energi, dan terasa pas sesuai porsinya.