Bersantap Sambil Jadi Bagian Pertunjukan 'The Agony of Princess Wu'

Bersantap Sambil Jadi Bagian Pertunjukan 'The Agony of Princess Wu'

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 10 Jul 2018 17:02 WIB
The Agony of Princess Wu Foto: Dok. SMARA
Jakarta - Seni pertunjukan teater yang dipentaskan di Indonesia biasanya ada jarak dengan penonton yang dipisahkan oleh panggung. Namun di pertunjukan berjudul 'The Agony of Princess Wu' yang digarap oleh mahasiswa/i jurusan S1 Event Management Universitas Prasetya Mulya, jarak tersebut dihapuskan.

Penonton bisa turut menjadi bagian dalam pementasan. detikHOT bersama awak media terbatas diundang untuk menghadiri pertunjukan yang berlangsung di Dapur Babah, Jalan Veteran 1, Gambir, Jakarta Pusat.

Layaknya sebuah jamuan, sekitar 15 tamu duduk di meja makan. Seorang kepala pelayan bernama Fazo menjadi pembuka pentas yang berkonsep 'theatrical appetit', perpaduan antara teater dan jamuan makan sekaligus mengundang interaksi satu sama lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan pertunjukan teater namanya kalau tanpa alur cerita yang dimainkan. Dalam teater 'The Agony of Princess Wu' diceritakan tentang seorang keluarga kaya raya di Hindia Belanda pada 1915. Cerita yang terinspirasi kisah nyata itu memadukan antara drama keluarga, cinta, perselingkuhan, harta yang berlimpah, hingga akhir yang tragis.

"Selamat datang cucu-cucuku, bagaimana kabar kalian? Oma ingin mendongengkan tentang sebuah keluarga, tetangga Oma yang dahulu kaya raya," tutur seorang perempuan yang berperan sebagai Oma dalam pentas tersebut.


Dari mulut Oma dituturkan tentang keluarga Michelle Wu yang kaya sampai menikah dengan seorang diplomat asal Cina. Selama hampir 2 jam lamanya, pentas berlangsung interaktif, pengunjung pun disuguhi makanan dari appetizer, menu utama, dan dessert.

Christopher Gunawan yang merupakan produser atau project manager SMARA sebagai penyelenggara menuturkan konsep theatrical appetit yang perdana ini di Indonesia ini mengambil cerita urban dari Malang.

"Kami mau kasih tahu cerita aslinya nggak angker. Ternyata nggak horor sama sekali. Pesannya mendalam dari pertunjukan 'The Agony of Princess of Wu," katanya usai pertunjukan di Dapur Babah Jakarta Pusat, Selasa (10/7/2018).

Bersantap Sambil Jadi Bagian Pertunjukan 'The Agony of Princess Wu' The Agony of Princess Wu Foto: Dok. SMARA
Cerita yang diangkat, kata dia, adalah peninggalan asli yang masih ada sampai sekarang. Lokasi penyelenggaraan di Dapur Babah pun masih dikelola oleh pihak keluarga tersebut.

"Kami ingin membawa orang ke tempat yang ada ceritanya. Yaitu di sini," katanya lagi.

Setelah pertunjukan 'The Agony of Princess Wu', di bawah naungan SMARa mahasiswa/i jurusan S1 Event Management ini ke depannya akan menggelar pertunjukan. "Agustus atau September ini akan ada immersive dining atau theatrical appetit lagi," pungkas Christopher. (tia/dar)

Hide Ads