Di eksibisi solonya, fokus perhatian Tisna terletak pada praktik-praktik keberagaman yang disaksikannya belakangan ini. Karya terbaru berupa seri etsa menghadikran perenungan Tisna terhadap Asmaul Husna yang berjumlah 99.
"Kehadiran manusia sebagai hamba Allah (abdillah) adalah momen kesadaran utama yang terus-menerus coba dihidupkan Tisna dalam pameran ini. Karya-karya patung, objek dan instalasinya terkait dengan pertanyaannya atas pelibatan agama dalam politik atau penggunaan agama untuk meraih tujuan-tujuan kekuasaan," tutur kurator pameran Rizki A.Zaelani dalam keterangan yang diterima, Senin (9/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Tisna, agama menjadi lebih humanis ketika seni hadir di dalamnya. Beragama dan menjalani praktik seni adalah hal yang sama-sama menyenangkan.
"Keberagamaan yang dihadirkan oleh Tisna adalah keberagamaan yang merayakan kekayaan, pluralitas dan rahmat kehidupan. Dengan kata lain, kehidupan agama baginya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan agama kehidupan," katanya lagi.
![]() |
Judul pameran kali ini mengambil dari karya performans yang dibuatnya tahun lalu untuk pembukaan Museum MACAN Jakarta. Tisna menghadirkan33 lembar sajadah yang disimbolkan sebagai 'ruang'.
Gerakan sujud di atas lembaran sajadah maupun plat etsa bagi Tisna memiliki makna relijius (sebagai doa) sekaligus estetik (sebagai seni). Sujud bagi Tisna adalah gestur dan bentuk performans untuk merendahkan diri kepada yang paling dasar, mengakui diri yang kecil di hadapan Allah.
"Di dalam performans mencetak tubuh, Tisna mengungkapkan "Nama-Nama Allah Yang Indah" (Asmaul Husna) yang berjumlah 99. Sebanyak itu pula Tisna Sanjaya selama berbulan-bulan mengerjakan pelat-pelat etsanya untuk pameran ini," tambah Rizki.
Pameran dibuka pada Senin (9/7) pukul 19.30 WIB di Gedung A Galeri Nasional Indonesia. Dikuratori oleh Rizki A.Zaelani dan Hendro Wiyanto, eksibisi bakal dibuka oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid.
Pameran berlangsung mulai 9 hingga 21 Juli 2018.
(tia/tia)