Sejak April lalu, pecinta seni dan media sosial mulai ramai membicarakan mengenai Tumurun Private Museum. Jika Anda mendatangi lokasi di Jalan Kebangkitan Nasional RT 02 RW 04, dekat Taman Sriwedari Solo, tak jauh dari situ letak museumnya.
Lokasinya berada di pinggir jalan. Namun, bagi pengunjung yang datang harus berhati-hati melihat petunjuk di Google Maps, lantaran tak ada plang maupun penanda apapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Museumnya tidak dibuka untuk publik secara bebas namun pihak pemilik museum membuka jadwal khusus dan pengunjung harus rebutan mendaftar secara online. Saat detikHOT menyambangi Tumuran Private Museum, pihak museum dan pemilik menyambut dengan ramah.
Penanggungjawab museum yang bernama Sari mengajak detikHOT untuk berkeliling. Ada dua bagian yang dipajang di lahan bekas area biliar. Lantai atas adalah karya old master yang tertutup untuk publik. Di bagian bawah adalah kontemporer yang setiap sudut hits di Intagram.
Harta karun koleksi pribadi milik keluarga HM Lukminto, pendiri raksasa bisnis tekstil terbesar di Asia Tenggara, Sri Rejeki Isman (Sritex) Group. Di dalamnya memuat karya old master yang langka.
Di antaranya ada Mochtar Apin, Henk Ngantung, Arie Smit, Antonio Blanco, Ahmad Sadali, Affandi, Lee Man Fong, Emil Rizek, But Muchtar, Srihadi Soedarsono, Hendra Gunawan, S.Sudjojono, H. Widayat, Johan Rudolf Bonnet, Walter Spies, Willem Gerard Hofker, Sudjana Kerton, Basoeki Abdullah hingga Raden Saleh.
Mencapai bagian bawah, pecinta seni dapat menjumpai karya Kei Imazu, Sinta Tantra, Eko Nugroho, Entang Wiharso, Heri Dono, Rudi Mantofani, Mochtar Sarman, Eddie Hara, Eddy Susanto, Handiwirman Saputra, Syaiful Garibaldi dan patung gigantik karya Wedhar Riyadi yang pernah dipajang di Art Jog 2017 lalu.
Kali ini detikHOT bakal mengulas mengenai Tumurun Private Museum dan sosok di balik museum tersebut. Simak artikel berikutnya.
(tia/srs)