Nano pun menceritakan pengalamannya berada di AS dan bertemu dengan kelompok teater dari Rusia dan Palestina. Serta kelompok teater dunia lainnya.
Saat sesi diskusi, Nano ditanyakan bagaimana caranya tetap mengkritik pemerintah tapi kelompok teaternya tetap pentas di negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam setiap pertunjukannya, Teater Koma memang kerap mengkritik dan menyentil otoritas setempat. Selama isu korupsi kian merajalela dan tetap ada di Indonesia, Nano juga menegaskan tetap akan menulis naskah yang mengkritik.
"Saya tidak akan berhenti menulis," lanjutnya.
Di ajang festival International Play Reading Festival di New York yang diselenggarakan oleh Columbia University School of the Arts, lakon 'Bom Waktu' dipilih oleh penyelenggara. Lakonnya dipentaskan secara dramatic reading dan disutradarai oleh Ed Sylvanus Iskandar.
Usai 'Bom Waktu', lakon 'Opera Kecoa' pun tengah dilirik oleh seseorang yang dekat dengan penyelenggara produksi 'The Lion King' di panggung Broadway.
"Insya Allah, kita doakan saja. Saya bertemu dia di hari kedua di New York, masih belum tahu gimana caranya. Tapi doakan saja," tandas Nano.