Di pameran tunggalnya nanti, lulusan LASALLE College of the Arts Singapura dan Wanganui School of Design New Zealand akan mengeksplorasi potensi perkembangan dari medium dalam berkarya. Praktik non-objekif dari sang seniman diperluas lagi pengalaman imajinatifnya.
"Dalam pameran ini 'SANS' dipahami secara harfiah tanpa diikuti dengan simbol "β" yang digunakan untuk menggambarkan tidak adanya representasi," kata Irfan dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Jumat (22/6/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat karya-karya yang nanti ditampilkan Irfan, ia menampilkan pengalaman estetika tertentu. Yakni asing dan aneh tapi tetap dengan suasana main-main.
"Irfan Hendrian seakan menarik ruang imajiner yang aneh dan melepaskan kita dari aturan konsep 'tabula rasa'," tulis keterangan pameran.
![]() |
Irfan yang dikenal sebagai seorang printmaker sebelumnya pernah menggelar pameran tunggal di antaranya adalah Terrene, Jeonbuk Museum of Art Korea (2016), 'Logical Aesthetic di Via Via Yogyakarta (2012), dan 'Secular World di Asbestos Artspace Indonesia (2011).
Sejak 2011, Irfan telah mengikuti pameran seni kolektif seperti Art Jog 10, 'Karyawisata' di Jogja National Museum di Yogyakarta (2017), ASEAN 5 di Penang Malaysia (2015), Indonesia Contemporary Fiber Art #1 di Art:1 Artspace Jakarta (2012), dan Jakarta Biennale #14 pada 2011 silam.
(tia/doc)