Bekerja sama dengan Langit Pitu, Hari De Fretes merasa beruntung diberi kepercayaan untuk membuat sebuah pementasan teater. Rencana pertunjukkan itu pun dibuat karena keresahan dimasa kini yang sudah mulai melupakan kesenian budaya Indonesia.
"Berawal dari keresahan politik, kita lupa sama seni budaya kita, seni tari, musik, drama, teater, yuk kita bikin sesuatu yuk. Mba Sari dari Langit Pitu ingin membuat sesuatu yang bermutu dan bisa ditonton sama semua kalangan," cerita Harry De Fretes sebagai sutradara dalam jumpa pers 'Langit 7 Bidadari' di Grand Kemang, Jakarta Selatan, Kamis (17/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pementasan itu akan dilangsungkan pada1 Juni 2018. Pertunjukan itu bertujuan juga untuk membangkitkan kecintaan kembali pada budaya bangsa dan semangat kebangsaan. Pada hari itu pun bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila.
"Bidadari ini nantinya juga akan membawa pesan. Setiap agama percaya ada tuhan yang memberikan titah pada kita. Kita pengen digerakan kembali cinta pada Tanah Air. Kita pilih 1 Juni. Ini temanya lingkungan," jelas Wahyu sebagai produser.
Nantinya pementasan ini akan dibintangi oleh artis-artis papan atas. Ada Indi Barends, Sophia Latjuba, Ersa Mayori, Ririn Ekawati, Ariel Tatum, Kezia Waraouw, dan Sarwendah. Untuk pemeran Jaka Tarub akan diperankan oleh Samuel Rizal Arifin dan Jajang C. Noer sebagai Mbok Rondo.
"Jako Tarub siapa milihnya banyak, kita berjodoh dengan Samuel Rizal. Jaka Tarub punya ibu, Mbok Rondo karena meski bukan bidadari ini kunci banget, akhirnya terpilihlah Mba Jajang C. Noer. Tujuh bidadari nggak soal cantik aja. Tapi inner beautynya," jelas Harry De Fretes.
Pementasan teater 'Langit 7 Bidadari' dilakukan di Theater Garuda-TBTI Taman Mini Indonesia Indah. Pertunjukan itu pun hanya akan dilakukan satu hari mulai dari pukul 15.30 sampai dengan 16.45 WIB.
"Bisa dibilang ini variety show ada tiga babak, babak pertama Jaka Tarub dan ibunya mencari kayu bakar. Susah dicari karena hutan sudah gundul, mbok Rondo mengungkapkan berbagai keluhan dan Sumber Daya Alam yang terlalu dieksploitasi," tutur Harry De Fretes.