"Wah kalau saya kenangannya banyak banget ya. Mungkin yang lebih ke teman-teman PMR. Kami merintis dari mulai berdiri, sampai dengan akhir, walaupun saya anggota terakhir di Warkop," ujar Indro di TPU Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (7/5/2018).
"Dulu ada lima orang, pendahulunya itu ada Rudy Badil, Kasino dan Nanu Mulyono, baru masuk mas Dono, baru masuk saya. Banyak banget ya (kenangannya), bagaimana kita (Warkop sama PMR) menghibur di Wamena ya, ngeri aja nggak mereka ha ha," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi Padukone, salah satu personil OM PMR menyebut Dono adalah salah satu orang yang sangat mereka segani. Berbeda dengan Indro, ia menyebut pria yang bernama asli Wahyu Sardono itu adalah sosok bapak yang mengajarkan anak-anaknya tata krama.
"Mas Dono itu lebih kebawah kesannya sama kita, bukannya ini ya, kita yang segan begitu, kalau lagi melawak itu lebih cenderung diskusinya sama mas Indro sebelum (melawak). Itu yang saya inget, itu saja," imbuh Budi.
"Ya mas Dono itu agak dia itu jawa banget kepada yang mudaan itu dia nggak mau yang salah tingkah begitu. Anak-anaknya itu nggak boleh, kalau kita bertamu begitu anak-anaknya nggak boleh kedepan kaya 'sssttt urusan orang tua' begitu. Kaya ' sudah sanah kamu masuk sanah, belajar! Ini urusan orang tua' begitu. Jawa banget deh, Jawa banget. Anak-anaknya dulu itu masih pakai celana pendek, mereka dulu ada seragamnya pakai baku klasik sama celana pendek, pakai baju angkatan laut, keren banget," timpal Indro mengenang. (hnh/kmb)