'Rampage': Bencana Hewan Hasil Rekayasa Genetika

'Rampage': Bencana Hewan Hasil Rekayasa Genetika

Devy Octafiani - detikHot
Rabu, 11 Apr 2018 10:49 WIB
Foto: imdb.
Jakarta -

Dwayne Johnson hadir lewat film aksi terbarunya 'Rampage'. Bila dalam 'San Andreas' ia bergulat dengan bencana alam gempa bumi, 'Rampage' membawa Johnson berhadapan dengan hewan-hewan raksasa hasil rekayasa genetika.

Bukan Johnson bila semuanya tak serba penuh aksi. Lihat saja kala ia juga terlibat dalam 'Jumanji: Back to the Jungle'.

'Rampage' membawa Dwayne Johnson menjadi seorang ahli primata bernama Davis Okoye yang bekerja di sebuah tempat penangkaran hewan liar di San Diego. Secara personal, ia menjalin keterikatan dengan seekor Gorila albino bernama George yang dirawat sejak kecil di tempat tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persahabatan Davis dengan George diuji manakala sebuah hasil eksperimen berbahaya diam-diam jatuh di kawasan penangkaran tersebut.

Eksperimen tersebut awalnya sengaja dilakukan di luar angkasa. Namun hasil eksperimen menjadi bencana bagi para ilmuwan yang terlibat dalam eksperimen tersebut yang digagas oleh sebuah perusahaan bernama Energyne.

Dan dari sanalah semua aksi menegangkan di mulai. Jatuhnya hasil eksperimen tersebut di tempat penangkaran berdampak pada seekor serigala, buaya, hingga George sang Gorila.

Ketiganya tiba-tiba semakin membesar dengan cepat dan berani menyerang kawanan hewan di sekitarnya.

'Rampage': Bencana Hewan Hasil Rekayasa GenetikaFoto: imdb.



Sang buaya tak hanya menjadi buaya raksasa. Begitu pula dengan serigala. Mereka juga berubah menjadi makhluk serupa monster sebab eksperimen tersebut memasukkan sel-sel sejumlah hewan lain dalam percobaan.

'Rampage' menambah daftar film-film aksi yang diadaptasi dari video game. Tiga hewan raksasa yang menjadi poros cerita itu juga menjadi bintang dalam cerita 'Rampage' di layar lebar.

Mereka membuat banyak orang kewalahan termasuk ahli primata Davis Okoye yang mau tak mau terlibat untuk mencegah aksi ketiga hewan tersebut makin besar sebab ada sang gorila kesayangannya.

Kota Chicago menjadi sasaran kemarahan ketiga hewan raksasa itu pada akhirnya. Mereka menghancurkan gedung, merajai jalanan untuk menghancurkan Biosonar di menara gedung Energyne yang sengaja dipasang agar hewan-hewan tersebut datang.

Secara visual sutradara Brad Peyton (yang bekerja sama dengan Dwayne Johnson untuk ketiga kalinya setelah 'Journey 2: The Mysterious Island' dan 'San Andreas') berhasil menyuguhkan adegan yang spektakuler.

Ini serupa dengan film-film bencana lain, seperti 'Deep Impact', 'Armageddon' hingga 'San Andreas' sendiri. Aksi para hewan raksasa yang mengamuk di kota besar itu terasa nyata. Kehadirannya yang tak terkendali membuat gedung-gedung runtuh dan hancur terlihat seperti asli.

Memang terasa lebih seru menyaksikan 'Rampage' langsung di bioskop didukung dengan tata audio yang menegangkan.

Namun 'Rampage' bukan berarti tanpa kekurangan. Tak ada yang istimewa terhadap para pemeran di dalamnya. Sejak awal, sudah dapat diduga Dwayne Johnson bakal bertahan dan menjadi salah satu jagoan dalam cerita.

Penulis Carlton Cuse yang sebelumnya juga didapuk menulis skenario 'San Andreas' menghadirkan aksi gebuk-gebukan di antara hewan tersebut tanpa henti. Film ini murni menjadi hiburan yang sebenarnya sebagai tontonan musim panas.

Tak ada plot ataupun twist yang membuat bertanya-tanya. Lewat suguhan efek CGI yang mumpuni,'Rampage' menjadi film yang dapat dinikmati semua golongan.


(doc/kmb)

Hide Ads