Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, pementasan Teater Keliling ini dalam rangka tur di lima kota. Bertempat di Bukit Wisata Kiram Martapura, Banjarmasin, Teater Keliling yang dipimpin oleh Rudolf Puspa, berkolaborasi dengan Teater Kita pimpinan Yadi Muryadi.
"44 Tahun kami berjalan menjumpai suka duka luar biasa. Namanya kesedihan, kesulitan rasanya malah semacam berkah buat kami. Makanya kami makin berani, ibarat dari Surabaya itu bonek, kami boneknya teater Indonesia," kata pemimpin Teater Keliling, Rudolf Puspa di Bukit Wisata Kiram Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (6/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kelompok ini berani memperkenalkan Teater Keliling ke pelosok dan selalu membawa misi nasionalisme. Hadir di daerah indonesia bisa memberikan pengajaran nasionalisme," ucap Adi Pardianto, perwakilan Bakti Budaya Djarum Foundation.
"Dengan generasi muda makin cinta dengan kesenian bangsa akan semakin kuat. Masyarakat cinta seni, Indonesia akan susah di pecah belah. Saya mengapresiasi dari Pak Rudolf dan Ibu Dary. Mereka keliling dari desa ke desa untuk berteater," sambungnya.
'Sang Saka' adalah sekuel dari 'Jas Merah'. Cerita ini adalah 'pukulan' untuk kondisi anak muda bangsa Indonesia.
Menghadirkan jalan cerita dan kemasan yang lebih ringan, cara penulisan dan bahasa yang digunakan Dolfry diharapkan pesannya bisa sampai ke generasi muda.
"Apa sih yang diperjuangkan inilah harta karun yang dicari, yang jadi isu nasional. Sang Saka akan menceritakan tentang empat anak muda. Yang mengikuti isu tren, harta karun, mereka mencari dengan cara masing-masing," jelas Rudolf menceritakan sedikit kisah 'Sang Saka'.
"Harta karunnya sebenarnya buat mereka nggak penting, tapi bagaimana mereka bisa ikut eksis. ketika melihat sendirinya inilah yang jadi mereka sadar Sang Saka. Kita kemas dengan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Dolfry, saya sendiri kurang mampu," lanjutnya.
Sang saka diproduksi pada 2015 dan sudah dipentaskan di Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lombok, dan Makassar.
Untuk pertunjukan malam ini akan ada 15 pemain yang berasal dari Teater Keliling dan 10 pemain dari Teater Kita. Di setiap pementasan akan juga dimasukan logat dari setiap kota yang disambangi.
"Bisa menginspirasi komunitas setempat agar bergairah untuk berteter. Mampu menjalin seni, Kerjasama saling kontak, mau kemana sudah kontak-kontakan, nantinya akan memperkuat persatuan komunitas di Indonesia," harap Adi Pardianto.