Dikuratori oleh Jim Supangkat, pameran yang dibuka pada Selasa (19/11) lalu, itu menampilkan 47 lukisan karya Bunawijaya serta dilengkapi oleh interaksi dengan Eldwin Pradipta.
Jim Supangkat mengatakan Bunawijaya bisa bertahan dan berada di posisi antara 'pendatang' yang tidak terpental.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bunawijaya bahkan bisa mempertahankan pandangan-pandangannya dan tidak terpengaruh wacana-wacana dominan di dunia seni rupa, termasuk stigma MOOI Indië," ujar Jim Supangkat dalam keterangan yang diterima, Kamis (21/12/2017).
![]() |
Bunawijaya kerap melukis lukisan pemandangan alam. Di zaman kemerdekaan, lukisan pemandangan alam malah disebut-sebut 'lukisan pinggir jalan' karena dijajakan di taman-taman kota dan emperan toko.
"Dalam menghadapi stigma Mooi Indië, Bunawijaya tak gentar. Ia tidak ikut-ikutan membuat lukisan abstrak, atau karya instalasi. Ia tetap melukis pemandangan alam karena ia pencinta alam," kata dia.
Lukisan-lukisan Bunawijaya yang dipamerkan kali ini mulai dari landscap-idiom lalu merambah seascape yang digunakan untuk menampilkan misteri alam. Sampai lukisan rekaan realitas alam yang tidak ada dalam kenyataan.
Sebelum dipajang di Galeri Nasional Indonesia, karya Bunawijaya dipamerkan di Selasar Sunaryo Art Space Bandung pada 10 November lalu. Eksibisi menghadirkan 47 lukisan karya Bunawijaya dan interaksi dengan Eldwin Pradipta dalam video projection berjudul "New Seascape".