Pertunjukan tari kontemporer 'Rantau Berbisik' yang berdurasi satu jam menghadirkan elemen dasar dari silat dan tradisi Minangkabau dengan latar drama keluarga Minang di perantauan. Pentas dibawakan oleh enam penari dari grup Nan Jombang pimpinan Ery Mefri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Motivasi merantau tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan ekonomi, namun ada filosofi penting di situ yakni mempersiapkan pemuda Minangkabau untuk menjadi lelaki tangguh yang kaya akan pengalaman hidup. Proses merantau seperti maturity test dalam kehidupan lelaki Minang. Oleh karena itu, tiap keluarga berupaya mempersiapkan anak lelaki mereka dengan memberikan bekal yang cukup, bukan hanya dari segi akademis, namun juga agama dan bela diri yakni membaca Quran dan Silat," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Rabu (13/12/2017).
Pertunjukan 'Rantau Berbisik' mampu memukau publik Austria yang hadir. Salah satunya adalah Ketua Asosiasi Pencak Silat di Austria, Stepehn Taibl, yang turut hadir menyaksikan.
"Gerakan-gerakan tari mereka sangat indah. Saya paham sekali gerakan-gerakan yang mereka peragakan sebagian besar merupakan teknik Silat dan itu tidak mudah dilakukan. Teknik pernapasan yang mereka gunakan juga luar biasa," katanya.
Pertunjukan tari Rantau Berbisik diselenggarakan oleh Weltmuseum sebagai partner Europalia Arts Festival dengan didukung oleh KBRI Wina. Weltmuseum merupakan sebuah museum antropologi terbesar di Austria yang didirikan pada tahun 1876. Sejak beberapa tahun silam, KBRI Wina dan Weltmuseum telah bekerjasama dalam mementaskan sejumlah pertunjukan dan penerbitan buku mengenai sejarah dan seni budaya Indonesia. (tia/wes)