Seniman Sunaryo meraih anugerah Akademi Jakarta 2017 yang diumumkan tadi malam di Teater kecil, TIM. Dari atas panggung, pendiri Selasar Sunaryo Art Space itu menceritakan mengenai perjalanan kariernya dari kecil sampai sukses berkiprah di bidang seni.
"Sejak kecil saya menyukai pekerjaan tangan: menggambar, melipat-lipat kertas, memindahkan, dan menyusun benda-benda di dalam rumah. Mungkin itu juga yang akhirnya menuntun saya kuliah di Seni Rupa ITB," ujar Sunaryo di atas panggung, semalam.
Di antara pilihan studi yang ada saat itu, seni patung diakui Sunaryo yang membuatnya tertarik. "Karena bahasa trimatra yang kompleks, taktil, dan lebih dekat dengan tubuh saya."
Lingkungan Bandung pula yang membuat profesinya mendapatkan atmosfir bagus. Di tahun 1974, dia bergabung dengan DECENTA. "Saya bekerja sama dengan seniman-seninan dengan kepakaran yang berbeda. Selain membuat patung, saya juga melintas batas dengan melukis dan membuat seni cetak grafis sampai saat ini."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baginya berkarya bukan tentang hasil tapi proses eksperimentasi dan pergulatan tema-tema. "Dua hal itulah yang akhirnya menuntun saya sebagai seorang seniman," pungkasnya. (tia/doc)