Ini Bocoran Satu Halaman Novel Baru Andrea Hirata

Andrea Hirata Rilis Novel di detikHOT

Ini Bocoran Satu Halaman Novel Baru Andrea Hirata

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 15 Agu 2017 12:30 WIB
Ini Bocoran Satu Halaman Novel Baru Andrea Hirata Foto: detikHOT
Jakarta - Tim redaksi detikHOT menerima satu halaman bocoran dari novel terbaru Andrea Hirata. Buku ke-10 dari novelis asal Belitung Timur itu akan diluncurkan secara resmi lewat program d'Happening detikcom yang bakal tayang pukul 14.00 WIB.

Kepada detikHOT pula, Andrea akan buka-bukaan mengenai judul, alur cerita, inspirasi berkarya hingga penokohan yang ada di dalam novel. Berikut halaman awal yang ada di dalam bab 1 yang berjudul 'Aku di Sini':


Baiklah, Kawan, kuceritakan kepadamu soal pertempuranku melawan pohon delima di pekarangan rumahku dan bagaimana akhirnya pohon itu membuatku kena sel, lalu wajib lapor setiap Senin di Polsek Belantik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benci nian aku pada delima itu. Lihatlah pohon kampungan itu, ia macam kena kutuk. Pokoknya berbongkol-bongkol, dahan-dahannya murung, ranting-rantingnya canggung, kulit kayunya keriput, daun-daunnya kusut. Malam Jumat burung kekelong berkaok-kaok di puncaknya, memanggil-manggil malaikat maut. Tak berani aku dekat-dekat delima itu karena aku tahu pohon itu didiami hantu.

Amat berbeda dengan jambu mawarku yang meriah di pojok sana, rajin dihinggapi gelatik. Labu siamku yang
tekun dan pendiam, kesenangan keluarga jalak. Kembang sepatuku berbunga merona-rona dan selalu berteriak, Aku di sini! Aku di sini! Tiada jemu mencari perhatianku.

Lalu, lihatlah pohon mengkudu sahabat rakyat itu, buruk rupa buahnya, mengerikan rasanya, tetapi besar faedahnya. Sawi dan bayamku, tanaman kesayangan pemerintah, anggota elite organisasi 4 Sehat 5 Sempurna. Pohon gayamku yang misterius, termangu di pojok timur, menangkap dingin sepanjang malam, meneduhi sepanjang siang. Demikian tua hingga musim peneduh timur saja yang tahu usianya.

Amboi! Anggrek bulanku telah berbunga rupanya! Pengharum kebun yang emosional itu, suka menangis tanpa sebab yang jelas, lalu mendadak tertawa gembira, tanpa sebab yang jelas pula. Aya, ya! Tengoklah rambutanku itu! Belum berbuah, tapi sangat ramah, selalu menyapaku tiap aku melintas.

Akan tetapi, delima itu, keluang melintas tak acuh di atasnya, sibar-sibar kasak-kusuk di belakangnya, belalang kunyit mencibirnya, burung-burung memusuhinya. Yang pro padanya hanya sepasang kutilang yang kasmaran. Aku tahu mereka telah bersekongkol dengan delima, melarikan cinta yang terlarang!

Pernah kutemukan sebuah buku di kios buku Junaidi, Lantai 2, los Pasar Dalam, Tanjong Lantai. Kata buku itu, orang-orang yang mempelajari ilmu filsafat antah-berantah.

(tia/nu2)

Hide Ads