Tari Ghulur: Menari di Atas Seng Bergelombang

Tari Ghulur: Menari di Atas Seng Bergelombang

Tia Agnes - detikHot
Senin, 12 Jun 2017 14:35 WIB
Tari Ghulur: Menari di Atas Seng Bergelombang Foto: Tia Agnes/ detikHOT
Jakarta - Ruangan Galeri Salihara berubah total. Lantai yang tadinya disemen, justru di permukaan penuh dengan seng-seng bergelombang. Material seng sengaja digunakan oleh direktur artistik seniman Hanafi sebagai salah satu elemen dalam tarian Ghulur garapan Mohammad Hariyanto.

Selama durasi 60 menit, Dosen Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) itu menari, meliuk-liukkan tubuhnya, serta menyatu dengan energi seng yang bergelombang. Para penonton yang melihat pertunjukannya sengaja diajak turut merasakan apa yang dirasakannya.

Rasa ngilu, bising, dan gelisah dari adanya seng bergelombang tersebut. Dalam setiap geraknya, ada gerakan yang melompat, merayap, tanpa posisi berdiri, termasuk gerakan yang nampak bergulung-gulung di antara seng tersebut. Kata 'ghulur' sendiri memang berarti 'bergelombang'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Helatari Salihara 2017 Kembali Digelar

"Dari awal pintu masuk galeri, saya sengaja menghadirkan tak ada batasan antara panggung dan penonton. Kita sama-sama satu rasa, penonton juga bisa menginjak seng-seng dengan bebasnya," tutur Mohammad Hariyanto di Komunitas Salihara, akhir pekan lalu.

Tari Ghulur: Menari di Atas Seng BergelombangTari Ghulur: Menari di Atas Seng Bergelombang Foto: Tia Agnes/ detikHOT


Di ajang Helatari Salihara 2017, nama Mohammad Hariyanto menjadi salah satu koreografer yang mementaskan karyanya bersama empat seniman lain. Pentas tari Ghulur terinspirasi dari keprihatinan Mohammad Hariyanto atas tanah yang retak dan kaitannya dengan hukum gravitasi. Pertunjukan ini ide awalnya dari kesenian Topeng Ghulur di Desa Larangan, Barma, Sumenep, Madura.

"Seng itu saya ibaratkan dengan simbol pembangunan. Saya prihatin gimana dulu tanah yang subur, jadi kering, retak dan bergulung-gulung. Ghulur ini sebenarnya tangisan tubuh yang tidak lagi menemukan hakikat tanah," tutur Mohammad Hariyanto.

Karya ini, lanjut dia, juga menampilkan bagaimana tubuh seharusnya merasakan dirinya sendiri. Hadirnya properti seng merupakan simbol kehidupan primitif menuju urban.

Sebelumnya tari Ghulur pernah ditampilkan di M1 CONTACT Showcase Southeast Asian Choreographer Singpore yang terpilih dari hasil kurasi internasional. Berkat 'Crossline' (2013), dia mendapatkan hibah seni dari Kelola dalam kategori Karya Inovatif. Di tahun yang sama, Mohammad Hariyanto juga mengikuti kolaborasi koreografer internasional Kaki Seni Art Exchange di Kuala Lumpur, Malaysia.

Baca Juga: Melati Suryodarmo Pentaskan 'Vertical Recall' di Helatari 2017


(tia/doc)

Hide Ads