Selepas tak jadi menteri, Ferry menulis buku '10 Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar'. Bukan biografi tentu saja tapi kumpulan catatan perjalanan Chrisye. Buku diluncurkan bertepatan dengan hari 10 tahun wafatnya sang musisi.
"Iya itu saya kerjakan selepas tak lagi jadi menteri," kata Ferry di sela acara peluncuran buku '10 Tahun Setelah Chrisye Pergi, Ekspresi Kangen Penggemar' di sebuah restoran di kawasan Blok M, Kamis (30/3/2017) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas tak menjadi menteri Agraria dan dan Tata Ruang pada akhir Juli 2016, Ferry juga membentuk Komunitas Kangen Chrisye (K2C). Setiap tanggal 30 Maret, dia bersama anggota K2C biasa nyekar ke makam Chrisye di kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
![]() |
Setiap tahun sejak Chrisye berpulang, 30 Maret 2007, Ferry juga memprakarsai dan menggelar acara khusus untuk mengenang sang idola. Akankah komunitas yang dipimpinnya dibuat formal? Ferry yang pernah berkiprah di Partai Golongan Karya dan Partai Nasional Demokrat itu tegas menggeleng. "Nanti dipolitisasi buat Pilkada lagi," kata dia.
Di acara ramah tamah, Vina Panduwinata, Keenan Nasution, Tika Bisono dan sahibul bait Ferry Mursyidan Baldan sempat melantunkan lagu-lagu mendiang Chrisye. Mereka melantunkan lagu diiring permainan piano Yockie Suryoprayogo.
Ferry Mursyidan Baldan adalah fans militan sekaligus loyal dari penyanyi legendari Indonesia: Chrisye. Setelah Chrisye wafat pada 30 Maret 2007, Ferry terus membuktikan kecintaannya terhadap almarhum, tidak pernah berkurang. Bahkan saat Ferry menjabat sebagai menteri, dia selalu mengenang Chrisye.
Di setiap tanggal kelahiran maupun kepergian Chrisye, Ferry selalu meluangkan waktu berziarah ke makam almarhum. Biasanya setelah itu, ia akan mengajak sejumlah teman untuk minum kopi sambil mendengarkan dan menyanyikan lagu-lagu almarhum.
"Kegiatan begini, sebagai ekspresi kami dalam menyalurkan kangen pada Chrisye," kata Ferry.
Isi buku '10 Tahun Setelah Chrisye Pergi; Ekspresi Kangen Penggemar', ini terhitung unik dan sangat personal dari seorang penggemar. Karena, Ferry mengumpulkan catatan yang terserak di berbagai media tentang Chrisye sepanjang 10 tahun setelah ia wafat, kemudian menjadikannya bagian dari isi buku.
Ferry mengaku, apa yang dilakukannya selama ini sesungguhnya tidak sedang ingin mengkultuskan Chrisye. "Namun, kami merasa 'tidak rela' jika Chrisye hilang begitu saja ditelan perjalanan waktu. Kami ingin berbicara, bahwa Bangsa ini perlu menghargai dan menghormati seorang musisi, meski dia sudah tidak ada lagi bersama kita," kata dia.
(erd/mmu)