'Rings': Hantu Video yang Ketinggalan Zaman

'Rings': Hantu Video yang Ketinggalan Zaman

Candra Aditya - detikHot
Selasa, 28 Feb 2017 11:20 WIB
Foto: Paramount
Jakarta - Ada zaman ketika Hollywood keranjingan me-remake film horor Asia. Fenomena ini dimulai pada awal milenium dan berlangsung selama beberapa tahun saja. Dimulai dengan 'The Ring' karya Gore Verbinski pada 2002. Adaptasi dari film Jepang yang dirilis pada 1998, film tersebut meraih 249 juta dolar AS dari penjualan tiket di seluruh dunia. 'The Ring' mengenalkan penonton kepada sebuah horor yang bergantung pada atmosfer yang angker dan hantu yang fenomenal.

Kemudian pada 2004 ada 'The Grudge' yang sutradaranya langsung dari Jepang. Dengan bujet hanya 10 juta dolar AS, film tersebut berhasil meraih penghasilan sampai 180 juta dolar AS lebih. Dengan dua film tadi, Hollywood berusaha keras untuk mendapatkan "minyak" dari kilang yang sama.

Lalu, berturut-turut kita mendapatkan remake 'Dark Water', 'Pulse', 'The Eye', 'Shutter', 'One Missed Call', 'The Uninvited', serta sekuel 'The Ring' dan 'The Grudge'. Semuanya gagal di pasaran!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2017 ini, Paramount Pictures mencoba kembali mengingatkan penonton akan kekuatan warisan horor Jepang melalui 'Rings'. Seperti halnya film aslinya, 'Rings' bercerita tentang orang-orang yang menemui ajal tujuh hari setelah menonton video menyeramkan.

Film dibuka dengan meyakinkan ketika pesawat jatuh gara-gara Carter (Zach Roerig), dan Kelly (Lizzie Brochere) menonton video menyesatkan tersebut. Kemudian kita lompat ke tokoh utama kita, Julia (Matilda Lutz) yang bertemu dengan seorang profesor bernama Gabriel (Johnny Galecki) yang sedang mempelajari video horor milik Samara. Di sana Gabriel sudah membuat file digital dari video VHS tersebut agar siapapun yang menontonnya bisa mengedarkannya ke orang lain sebelum Samara membunuh mereka. Rupanya si hantu Samara kesal dengan hal itu, dan dia pun berbalas dendam.

Ditulis oleh tiga orang β€”David Loucka, Jacob Aaron Estes, Akiva Goldsmanβ€” 'Rings' gagal untuk melakukan misinya sebagai film penggedor jantung. Film ini lupa bagaimana cara menakut-nakuti orang. Ketiga penulis tersebut tidak hanya bingung bagaimana cara membuat 'Rings' terasa baru, namun juga mereka tidak tahu bagaimana membuat penonton simpati terhadap karakter utamanya.

Julia tidak hanya membingungkan sebagai tokoh utama, namun juga terlalu "kosong" untuk disebut manusia. Penulis skripnya tidak memberikan background atau kepribadian yang jelas sehingga penonton susah untuk terhubung maupun bersimpati terhadap nasibnya. Dibandingkan dengan karakter Naomi Watts dalam 'The Ring', Julia nampak seperti manekin berjalan.

Sutradara F. Javier GutiΓ©rrez berusaha keras untuk membuat 'Rings' tampak relevan. Tapi, tetap saja, film ini terasa seperti copycat dari ratusan film horor yang sudah dirilis sebelumnya. Ada adegan di kamar mandi yang mengingatkan kita pada 'The Grudge'. Ada adegan yang mengingatkan kita pada 'Don't Breathe'.

Sebenarnya, 'It Follows' mempunyai resep yang sama dengan 'The Ring'. Bedanya, 'It Follows' tahu bagaimana mengatur ketegangan dan menjaga suasana seram. 'Rings' tidak belajar hal itu. 'Rings' hanya meneror penonton dengan jump scare standar dan hal-hal aneh, seperti lalat yang tiba-tiba muncul namun tidak ada penjelasan yang clear. Begitu banyak karakter baru bermunculan, namun mereka tidak memiliki kontribusi yang jelas terhadap cerita ataupun keseraman.

'Rings' bisa jadi tetap menyenangkan bagi Anda yang gemar film horor, atau kangen dengan si hantu Samara. Tapi, dibutuhkan karakter yang membuat orang peduli dengan nasib mereka untuk membuat penonton ikut terlibat dalam keseraman sebuah suasana. James Wan dengan serial 'Conjuring'-nya paham akan ini. Sayangnya, 'Rings' tidak update soal horor masa kini untuk membuat anak-anak zaman sekarang bergidik ngeri.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads