Bersampul kertas seperti playscript, desain sampulnya membuat pecinta musik tergugah untuk membelinya. Percakapan terjadi setelah Ozawa didiagnosisi sakit kanker esofagus. Semasa pemulihan, dia tidak bisa melakukan agenda keliling dunia dan melakukan konser di berbagai negara.
Di satu sisi, Murakami punya sebuah bar dan sebuah toko rekaman. Keduanya mencintai musik, dan Murakami pernah menemui Ozawa di Boston di awal 1990-an. Di proyek buku bersama Ozawa, Murakami tak ingin menghadirkan hasil wawancara seperti mengobrol dengan selebriti, tapi lebih dalam dari itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin mencari sesuatu yang mirip dengan resonansi alami jantung dan dalam menemukannya saya dan Ozawa berbagi banyak hal. Termasuk kebiasaan kerja untuk berkarya di atas pukul 4 pagi," ujar Murakami, dilansir berbagai sumber, Senin (19/12/2016).
Dalam beberapa bab buku, percakapan mengobrolkan persoalan musik dan perkembangannya. Tapi di bab lain, pembaca akan membaca Ozawa dan Murakami bereaksi terhadap isu atau kasus tertentu. Di banyak halaman terdapat catatan misterius.
Misalnya saja yang ditulis Murakami, "Sayangnya beberapa anekdot mengungkapkan saat ini sedang tidak bisa berkomitmen," tutur Murakami.
(tia/dar)