Karya seni jalanan yang ditampilkan kali ini bukan membuat grafiti dan mural ke dinding galeri. Tapi, karya para seniman ada di atas kanvas dan dipajang tanpa ada tema eksibisi atau keharusan tertentu.
Di pintu masuk d'Gallerie, karya dari seniman asal Yogyakarta Farhan Siki dan MIST sudah menyapa. Farhan tak hanya memajang lima panel lukisan yang diciptakannya khusus untuk eksibisi 'Off The Wall'. Tapi, secara spontan dia membuat grafiti di dinding.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Kostum Fluttershy di Panggung 'My Little Pony' Jakarta Jadi yang Tersulit
![]() |
Jika belok ke sebelah kanan, maka terdapat tiga panel besar ciptaan street artist Tutu. Terinspirasi dari fenomena media sosial, wajah tiga perempuan eksis di atas kanvas Tutu dengan beragam ekspresi.
Di ruang tengah, belasan karya seni jalanan lainnya menghiasi setiap sudut dari galeri. Ada Fenz, Kongo, Soni Irawan, Mist, Stereoflow, dan Tilt. Di tengah malam pembukaan, ke-10 seniman melakukan aksi secara bergantian menyemprotkan pilox berwarna hitam ke atas kemeja putih yang telah disiapkan.
Jika karya seniman lainnya menggunakan kanvas, berbeda dengan Darbotz. Lewat karakter monster hitam-putih yang diciptakan, Darbotz tidak memakai kanvas tapi tembok yang dibuat dari bahan resin. Seniman asal Jakarta itu menceritakan mengapa dia tidak ingin memakai kanvas.
"Saya ingin memindahkan tembok, seperti judul rangkaian acara ini 'Off The Wall'. Wall dalam artian tembok," katanya.
Usai malam pembukaan, karya para seniman masih bisa dilihat hingga awal Desember mendatang. Rangkaian 'Off The Wall' juga masih berlangsung di lokasi Yello Hotel Harmoni, IFI Thamrin, dan Museum Nasional.
(tia/mmu)