Mural trimatra yang berjudul 'Be a Daydreamer & A Night Thinker' berada di dinding kamar kecil depan pintu masuk Teater Salihara. "Saya sengaja mengambil di pojokan, karena pertemuuan dari dua tembok," ujar Indyra saat ditemui di Komunitas Salihara, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (24/9) lalu.
Baca Juga: Ada Gurita Raksasa di Rooftop Bangunan Komunitas Salihara
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karyanya terbuat dari fiberglass, tentang migrasi burung-burung ke habitat yang lain. Valasara ingin menegaskan bahwa pembangunan seharusnya bisa dilakukan tanpa merusak alam," ujar Dewan Kurator bidang seni rupa, Asikin Hasan.
![]() |
Berlanjut ke lantai dua, persis di depan Galeri Salihara terdapat patung Gus Dur yang berwarna serba putih. Berjudul 'Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela' karya Purjito, patungnya menampilkan sosok Gus Dur tengah duduk di sebuah bangku kayu. Asikin menjelaskan Purjito memilih Gus Dur sebagai tokoh keberagaman di Indonesia.
"Judulnya 'Tuhan Tidak Perlu Dibela' berasal dari tulisan Purjito di Majalah Tempo, karena Tuhan itu Maha Besar dan memang tidak perlu dibela. Gambaran Gus Dur sejalan dengan misi dan visi Salihara," kata Asikin.
Proses pengerjaannya sendiri dikumpulkan lewat bahan foto-foto milik Gus Dur yang tersebar di media-media. Karya terakhir adalah patung 'Gurita Salihara' yang terbuat dari media bambu dan berada di Anjung Salihara, Jakarta Selatan. Karya seni instalasi raksasa ini menjulang gagah di atas rooftop salah satu bangunan.
Tertarik melihat empat karya seni dari empat perupa Tanah Air yang bertebaran di setiap ruang Komunitas Salihara? Karya-karyanya masih bisa dilihat sampai 6 November mendatang!
(tia/dar)